Bangga Atas Kekecewaan

Catus Pata, Ulangtahun kota singaraja ke 420 mencatatkan berbagai kebanggan. Tidak sedikit kesuksesan yang diraih diungkapkan ke permukaan. Banyak kegiatan yang dilaksanakan serangkaian HUT kota Singaraja ke 420. Banyak pertunjukan dan kreatifitas yang ditampilkan. Seperti halnya testimoni saat Puncak HUT kota Singaraja. Gerakan mengangkat Pj Bupati Buleleng usai Puncak HUT Kota juga tak lepas dari sorotan netizen. Mereka menilai penuh acting.

Si giri bersenandung ada kebanggaan semu ada juga kebanggaan alami. Memang patut diakui jika pertunjukan demi pertunjukan menyedot banyak penonton. Bukan hanya itu guliran ekonomi pada UMKM juga berputar hampir mencapai 1 miliar rupiah. Ada pertunjukan seni modern dan tradisional. Tak pelak para seniman yang mendapat kesempatan tampil setahun sekali merasa sangat bangga dengan serius mempersiapkan diri. Hal ini terlihat ketika dua sekeha gong legendaris Buleleng masing- masing Banjar Paketan dan Jagaraga mendapatkan kesempatan tampil pada malam puncak HUT Kota. Tapi apa daya sejak awal gladi mereka sudah merasakan tidak nyaman.

Sepertinya mereka dinomor sekiankan dibandingkan band papan atas nasional. Padahal sejak awal Pj Bupati menjabat sempat berkomitmen hanya akan mementaskan band lokal, tapi entah karena bisikan sponsor sehingga komitmen itu bergeser.  Pertama mereka sempat mempertontonkan kebolehan melalui tabuh garapan masing- masing. Sekali lagi persiapan yang tak main main mereka lakukan hingga sampai menurunkan taksu masing- masing. Nah tiba giliran berikutnya ehh tahu tahunya kok band yang muncul. Entah kekecewaan yang sudah memuncak hingga membuat kedua sekeha yang sudah pada tua itu melakukan aksi walk out alias bubar jalan. Weleh weleh weleh. Jika dipaksakan menyelipkan kata bangga mungkin kalimat yang cocok adalah bangga akan kekecewaan itu sendiri, mengingat kekecewaan itu didasari atas fanatisme akan seni tradisional dengan menurunkan taksu masing- masing. Artinya mereka tidak ingin taksu gamelan itu dicampakkan begitu saja.

Kalau penghargaan terhadap seni tradisional apalagi sekehanya sudah pada tua diabaikan dimana letak kebanggan kita? Dengan demikian kita patut merasa bangga mengingat masih ada loyalis-loyalis yang memegang taksu bali untuk mempertahankan   budaya tradisional.

Tim Pemberitaan Dewata Roundup.(Tut)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *