Senandung Giri : Kisah Si Tukang Sulap

Catus Pata, Dikisahkan rakyat di negeri belang- belang kian hari makin dinamis. Mereka bergerak tanpa kenal lelah untuk membangun negeri. Banyak ide dan gagasan dilontarkan untuk menarik perhatian publik. Pada beberapa sudut kota rakyat negeri menggelar pertunjukan ketoprak, sedangkan pada sejumlah alun-alun rakyat mulai menggelar tari dawang- dawang. Mereka ingin menggambarkan semaraknya negeri belang- belang pasca hilangnya berbagai festival.

Rakyat di desa Pade Dadi Ingetang disingkat PDI kembali merapatkan diri. Seperti nama desanya mereka kembali saling ingetang. “Inget- ingetang nyamane,” bisik pungawa desa setempat. Lalu seorang warga menyahut ,” ya inget- ingetang ane nu inget”, he he he. Merekapun kini mulai ketar ketir atas perkembangan politik  terkini. Pasalnya mereka ditarget  untuk mencapai  96 persen. Disatu sisi  anak muda berwajah ganteng menunggang kuda putih tak henti-hentinya seliab selieb di desa ini. Kondisi ini membuat kesyab-kesyab rakyat setempat. Mampu ngak ya, mampu nggak ya??? Mari kita tinggalkan rakyat PDI dan beralih ke desa Pade Nau Selalu disingkat PNS.  Mereka kini sudah mulai nyaman, Ya betapa tidak tambahan tunjangan perbulan meningkat tajam, setajam mata pisau bermata dua. Lho kok bermata dua sih? Ya mata tak terpejam tapi hati tidak nyaman. Kenapa? Ya tanya saja sendiri he he he .

Kini kita tengok desa Nuraini. Tampak di pendopo alun- alun terlihat seseorang yang sedang bermain sulap. Rakyatpun terkesima menonton pertunjukan itu. Terlihat cangkir yang ditutup daun pisang dengan mantra Sim salabim ara kadabra..berubah menjadi piring. Setelah itu batu bata yang ditumpuk setelah dijapa mantra berubah menjadi jaja laklak, makanan favorit rakyat negeri. Melihat adegan itu seorang bertubuh langsing mendekat dan menantang pesulap sebelumnya. Wanita berambut panjang ini meliukkan tubuhnya dan meloncat ke atas panggung. Dia memperlihatkan segepok uang kertas ditangan kanan. Sedangkan  ditangan kiri terlihat seekor ayam. Iapun komat kamit baca mantra dan menjadikan segepok uang itu menjadi wangkas kedas alias zong. Penonton pun bertanya- tanya kok bisa ya?? Berikutnya sang pesulap menunjukkan pisang goreng yang oleh rakyat di desa nuraini dikenal dengan nama Godoh. Mereka bertanya tanya apa yang akan dilakukan oleh sang pesulap. Tiba tiba sang pesulap didatangi oleh seseorang langsung nyelonong. Tanpa ba bi bu, si tukang sulap membaca japa mantra bim salabim godoh mejadi bodoh. Rakyatpun balik kanan sambil menggerutu khawatir kalau-kalau mereka semua disulap menjadi bodoh he he he. Seketika lapangan sunyi sepi ibarat kuburan.

Tim Pemberitaan Dewata Roundup.(Tut)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *