Catuspata, Nama Ketut Putra Sedana pria yang akrab disapa dokter Caput sesuai catatatan pendaftaran lahir di Singaraja 6 maret 1969. Jika dilihat dari kalender bali ketua Banteng Muda Indonesia, BMI Buleleng ini lahir pada hari Wrespati wuku Pon Uye bertepatan dengan sasih kesanga. Panca Wara memiliki urip 8. Sedangkan Pon memiliki urip 7. Jika urip sapta wara dan panca wara dijumlahkan menjadi 15. Kalau ditinjau dari usia saat ini pemilik Klinik Permata Bunda ini berusia 55 tahun, dalam tabel Pal Sri Sedana rentang usia 55-60 terkoneksi angka 5 dengan keterangan hidup senang. Perilaku atau sifat yang ditunjukkan bagaikan matahari atau surya, yakni menyinari semua mahluk tanpa pilih kasih.
Sempat gagal berpaket dengan Putu Agus Suradnyana tidak menyurutkan semangat ayah dua orang dokter ini untuk mengabdi bersama PDI Perjuangan. Sebab dalam hidupnya terpatri jiwa keiklasan untuk mengabdi dan mendarmabaktikan hidupnya untuk sesama umat manusia. Walau secara resmi memegang KTA PDI Perjuangan sejak 1999 namun ketua BMI yang memiliki hubungan khusus dengan Mohamad Herviano Widyatama yang nota bene adalah putra dari kepala BIN Budi Gunawan sejak lama telah berjuang demi membessarkan partai. Uniknya ia melakukan gerakan kemasyarakatan sejak awal dengan menggunakan kocek pribadinya. Lalu apa kira-kira alasanya dokter Caput mengambil formulir pada tanggal 4 Mei?
Jika dilihat dari filosofi angka empat sama dengan kursi, ini merupakan harapan agar semesata mendukung dan mendekatkan kursi padanya. Jika dikaitkan dengan bulan 5 maka jumlah 9 merupakan angka terbesar sehingga berharap semesta memberikan fibrasi kekuasaan tertinggi di kabupaten Buleleng bisa digapai. Lalu kenapa memilih tanggal 8 sebagai waktu yang tepat mendaftarkan dirinya pada PDI Perjuangan?
Angka 8 memiliki filosofi usaha yang tak pernah putus. Pernah gagal mendapatkan rekomendasi melecut semangatnya untuk bekerja,bekerja dan terus bekerja. Namanya pun mulai mengakar di masyarakat dengan jurus fogging dan bakti sosial tanpa dana dari sponsor kecuali kocek hasil keringatnya dari jasa melahirkan bayi. Bukan hanya kesusksesan yang diabayangkan, tapi kegagalan meraih rekomendasi juga sudah diantisipasi dengan kerja, kerja dan kerja sebab menurutnya pengabdian tidak hanya dengan jalan mendudukan jabatan sebagai bupati dan wakil bupati.
Mari kita tunggu luncuran rekomendasi pada bulan Juli mendatang. Lalu bagaimana peluang Gede Supriatna yang kini menjabat sebagai ketua DPRD Buleleng? Benarkan supit, sapaan akrab pejabat asal desa Tejakula ini sudah diproyeksi untuk jabatan tertentu? Mari kita simak pada episode beritnya.
Tim Pemberitaan Dewata Round Up. (Tut)