Banyuning, Penjual gerabah asal Kelurahan Banyuning tetap bertahan ditengah pandemi meski penjualannya tidak seramai dulu.
Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini berdampak luar biasa terhadap sektor perekonomian. Banyak pengusaha harus gulung tikar karena usaha yang dijalankan harus terhenti karena modal usaha digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski tak keseluruhan mengalami dampak buruk karena pandemi, beberapa pengusaha tetap memilih bertahan di tengah pandemi Covid-19 karena tidak ada pekerjaan sampingan.
Penjual gerabah asal kelurahan Banyuning, Kec/Kab Buleleng, Bali Luh Sarining mengatakan, ia sudah menjual kerajinan gerabah selama 12 tahun dan tetap memilih untuk menjual gerabah ditengah pandemi untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. “Lancar setiap hari ada saja yang belanja satu dua orang,”ujarnya.
Lanjut Sarining, harga gerabah yang dijual juga sangat murah mulai dari Rp 3.500- 250.000 tergantung ukuran dan jenis gerabah. “Menurut saja murah dari Rp 3.500 sampai yang paling mahal tergantung buatannya ada yang dari Lombok, ada juga dari Banyuwangi,”ungkapnya.
Pasalnya kerajinan gerabah banyak digunakan untuk upacara yadnya, tetapi upacara yadnya yang kini dibatasi oleh pemerintah membuat penjualannya menjadi menurun, tetapi Luh Sarining dengan semangat tetap menjalankan usahanya.(dpa)