Penduduk Heterogen, Desa Tembok Deklarasikan “Rumah Moderasi” 

Banyuning, Deklarasi rumah Moderasi rangkaian dari puncak kegiatan Pengabdian Masyarakat yang dilaksanakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi, STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Desa Tembok, Kecamatan Tejakula menggelar Deklarasi Rumah Moderasi Beragama pada Senin (5/9) pagi di Aula kantor Perbekel Tembok. Acara ini dilaksanakan mengingat penduduk di desa paling timur Kabupaten Buleleng ini sangat heterogen dari berbagai lintas agama.

Deklarasi rumah Moderasi ini merupakan rangkaian dari puncak kegiatan Pengabdian Masyarakat yang dilaksanakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi, STAHN Mpu Kuturan Singaraja terhitung Senin (29/8) sampai Senin (5/9).

Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Gede Suwindia menjelaskan, di tengah kencangnya arus teknologi yang sulit dibendung. Isu agama menjadi isu yang sensitif dan kerap menimbulkan konflik horizontal antar penganut agama apabila hoax tidak diantisipasi. Padahal, Indonesia adalah negara yang berdiri dengan berbagai bentuk keyakinan agama. “Sekarang musuh kita tidak hanya di hati, tetapi juga di jempol, kalau tidak hati-hati dalam menggunakan jempol dalam bermedsos, bisa menjadi petaka. Maka dari itu saring sebelum sharing sehingga tidak menimbulkan persoalan kedepannya,” paparnya. “

Sementara itu, Perbekel Tembok, Dewa Komang Yudi Astara yang memaparkan Relasi Jejak dan Hubungan Hindu Islam di Tembok menyebutkan bahwa kerukunan dalam beragama jauh sudah dilaksanakan di tembok, sebelum ada istilah moderasi beragama yang dikenal saat ini. Menurutnya, dalam kehidupan beragama, antara Hindu dan Islam di Tembok spirit kolaborasinya sudah berjalan sejak dari dulu. “Seingat saya dulu sejak saya kecil, hubungan Hindu-Islam di Tembok itu sangat kompak. Dan kerukunan sudah dirawat sejak dahulu oleh para leluhur kami. Ini sudah menyatu sekali. Sehingga saat Galungan, semeton muslim banyak membantu, begitu sebaliknya saat Idul Ftri semeton Hindu membantu,” ucapnya

Di sisi lain, Lahmudin selaku tokoh Muslim Tembok mengatakan, jauh sebelum istiah moderasi dikenal, desa Tembok sudah menerapkan kerukunan antar umat beragama. Menurutnya, toleransi ada karena perbedaan. Meski berbeda dari sisi konsep ketuhanan, namun bukan berarti menjadi orang yang intoleran.“Kami di Islam mengenal Perintah dan Larangan. Perintahnya kami bertetangga 10 rumah ke samping kanan kiri, kalau ada yang lapar, maka sudah wajib untuk memperhatikan. Seperti itu konsep dalam islam. Tentu ini adalah bentuk toleransi. Dengan siapapun, wajib untuk menjaga kerukunan,” singkatnya. Tutupnya.(tim/dpa)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *