Buleleng, Jika biasanya desa adat Buleleng menggelar melasti dengan berjalan kaki, kali ini Desa Adat Buleleng yang menaungi 14 Banjar Adat, melangsungkan melasti menggunakan kendaraan bermotor.
Hal berbeda tampak dalam upacara melasti yang digelar oleh desa adat buleleng. Iring-iringan kendaraan bermotor tampak mengular dari jalan Mayor Metra menuju Pura Segara Buleleng di kawasan Jalan Erlangga Singaraja. Sejak pukul 13.30 wita para pengiring sarad yang berasal dari banjar adat banjar Paketan dan banjar adat Banjar Tegal telah datang ke Pura Desa adat Buleleng. Selanjutnya pukul 14.00 wita rombongan menuju ke Pura Segara Buleleng.
Upacara diawali dengan persembahyangan dipura desa Buleleng dan di lanjutkan ke pura segara dengan kendaraan bermotor. sebanyak 29 sarad atau patung sebagai simbol Tuhan Yang Maha Esa dan 23 kotak ampilan tampak terlihat berjalan beriringan menggunakan mobil.
Di Pura segara Buleleng sarad dan kotak ampilan diturunkan dan dibawa untuk mengikuti prosesi penyucian dengan berjalan menyusuri bibir pantai atau istilahnya mekekobok. Selanjutnya sarad kembali naik ke kendaraan masing- masing menuju Pura Segara.
disela-sela kegiatan, kelian desa adat buleleng Nyoman Sutrisna mengungkapkan, pelaksanaan melasti tahun ini berbeda pada tahun-tahun sebelumnya. Jika dalam situasi normal upacara melasti desa adat Buleleng diiringi oleh ribuan umat dengan 90 sarad dan 50 kotak ampilan dari Pura Kahyangan Tiga, Dadya, dan Kawitan, kali ini dilakukan terbatas dengan menggunakan kendaraan bermotor. “Masing-masing banjar adat boleh mengeluarkan satu bonangan yang mana letaknya pada urutan syarat terakhir dari wewidangan sehingga betul betul iring-iringan,”ujarnya.
Kelian desa adat buleleng Sutrisna menambahkan, dengan mengedepankan protokol kesehatan, Tiap peserta diberikan kesempatan menggunakan 1 mobil untuk sarad dan 5 sepeda motor untuk peserta. “Jalan yang kita lalui adalah mayor metra, lalu gajahmada, lalu jalan diponogoro kemudian jalan erlangga dan masuk ke pelabuhan buleleng,”ungkapnya.
Untuk diketahui, makna dari upacara melasti adalah memuja Tuhan dengan segala manifestasinya, menghanyutkan penderitaan masyarakat, menhilangkan dosa, meningkatkan umat hindu agar mengembalikan kelestarian lingkungan dengan menghilangkan sifat manusia yang merusak alam, dan mengambil sari-sari kehidupan dari tengah lautan. Melasti juga bisa dimaknai dengan upaya pembersihan bhuana agung (alam) yang disimbolkan dengan labuhan sesaji ke laut serta menyucikan arca, pratima, nyasa, pralingga sebagai wujud Tuhan Yang Maha Esa.(dnu/dpa)