Apit Surang, Strategi Andalan Patih Jelantik dalam Perang Jagaraga

Jagaraga, Strategi perang Apit Surang menjadi strategi andalan Patih I Gusti Ketut Jelantik bersama Jro Jempiring dalam perang Jagaraga sebelum akhirnya Buleleng  berhasil dikuasai Belanda.

Setelah Perang Buleleng berakhir, I Gusti Ngurah Made Karangasem, I Gusti Ketut Jelantik bersama pasukannya memindahkan Kerajaan Buleleng ke Desa Jagaraga. Dipilihnya Desa Jagaraga karena letaknya yang berada di bukit dan banyak jurang, memudahkan mereka untuk melakukan serangan mendadak, Hanya ada satu jalan penghubung, yakni melalui Desa Sangsit. Hal ini memudahkan mereka untuk mengintai musuh yang hendak menyerang, Jarak antara Jagaraga serta Pabean tergolong pendek sehingga mereka mudah mengawasi gerak gerik pasukan Belanda.

Selama di Jagaraga, I Gusti Ketut Jelantik dan Raja Buleleng dengan dibantu oleh Jro Jempiring telah menyusun strategi perang dengan membangun berbagai benteng pertahanan di Desa Jagaraga. Dan yang paling penting adalah memperkenalkan strategi perang Apit Surang atau Makara Wyuhana.

Taktik Supit Urang dilakukan dengan gerakan pendobrakan oleh pasukan dari arah Selatan menuju ke utara Gerakan tersebut diikuti dengan gerakan penjepitan dari kanan dan kiri sebagaimana halnya seekor udang menjepit mangsanya,

Diceritakan Kepala Desa Jagaraga Nyoman Parta, Pada 8 Juni 1848, Belanda menyerang Pelabuhan Sangsit menggunakan 22 kapal perang dengan meriam. Aksi ini turut diikuti dengan aksi serangan balik dari I Gusti Ketut Jelantik beserta pasukannya. “Perang itu perang pertama puputan jagaraga yang dimenangkan oleh laskar dari Bali dan akhirnya Belanda menyerang lagi dengan berbagai strategi dan kebetulan ditembus dari belakang dan akhirnya gugur banyak sekali,”ungkapnya.

Tewasnya 250 serdadu Belanda menandai kekalahan mereka pada Perang Jagaraga pertama. Pada 15 April 1849, pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal Michiels mendarat lagi di Pantai Sangsit, dengan kekuatan 15.235 orang, Pantai Buleleng dan Sangsit benar-benar telah terkepung. Jendaral Michiels akhirnya mengetahui siasat pertahanan supit urang dari mata-mata yang dikirimnya ke Benteng Jagaraga. Setelah mengatur persiapan, mereka langsung menyerang Benteng Jagaraga dari dua arah, yaitu depan dan belakang. Benteng Jagaraga dihujani tembakan meriam dengan gencar. lalu Benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda pada 19 April 1849. Sejak saat itulah Belanda berhasil kuasai Bali Utara.(eta/dpa)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *