Singaraja, Pasca direnovasi dan restorasi sejak 27 maret 2024 lalu, Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong kembali dibuka.
Di tepi kawasan Pelabuhan Tua Buleleng, aroma laut berpadu dengan wangi dupa yang mengepul dari sebuah bangunan berornamen merah dan emas. Itulah Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong, rumah ibadah yang sejak 1873 menjadi saksi perjalanan panjang komunitas Tionghoa di Singaraja. Jumat (8/8), wajah barunya resmi diperkenalkan ke publik.
Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra, Wakil Bupati Gede Supriatna, anggota Komisi II DPRD Bali Gede Kusuma Putra, hingga Forkopimda Buleleng hadir, disambut hangat oleh umat. Namun di balik senyum dan tumpukan bunga perayaan, klenteng ini menyimpan kisah panjang.
Renovasi bukan hal baru bagi Ling Gwan Kiong. Pada tahun 1972, perbaikan besar pertama dilakukan. Setengah abad kemudian, 2024 menjadi tahun penting ketika pilar-pilar yang mulai lapuk dimakan rayap, lukisan dinding yang pudar, dan atap yang lelah oleh waktu kembali disentuh tangan penuh kepedulian. Ketua TITD Ling Gwan Kiong, Wirasanjaya, menyebut renovasi kali ini mencakup 90% bangunan, dengan anggaran Rp3,4 miliar.
“Dana 12% dari kas klenteng, sisanya 88% dari donasi umat dan simpatisan, baik di Buleleng maupun perantauan,” jelasnya.
Yang istimewa, renovasi kali ini tak hanya memperbaiki, tetapi juga merestorasi. Lukisan-lukisan lama yang dulunya memudar di dinding kini direprinting di atas keramik perpaduan teknologi dan pelestarian sejarah.
“Dulu dilukis di tembok, sekarang di keramik. Data digitalnya kita simpan, jadi kalau rusak tinggal ganti. Sejarahnya tetap terjaga,” tutur Wirasanjaya
Bagi Bupati Sutjidra, keindahan baru Ling Gwan Kiong bukan sekadar kebanggaan umat, tetapi juga aset pariwisata heritage Buleleng. “Klenteng ini legenda. Dengan wajah baru, akan jadi daya tarik wisata di kawasan Pelabuhan Buleleng,” ujarnya.
Setelah peresmian, rombongan berkeliling, melihat detail ornamen yang kembali hidup, memanjatkan doa di altar, lalu menandatangani prasasti peresmian. Di ujung acara, suara riuh tepuk tangan mengiringi pelepasan tukik ke laut seolah simbol kebangkitan dan perjalanan baru klenteng penuh sejarah ini.
Ling Gwan Kiong kini berdiri tegak, bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai penjaga sejarah. Di bawah cahaya lampionnya, kisah ratusan tahun lalu tetap bernafas, siap menyapa siapa saja yang datang mencari jejak masa lalu di jantung Pelabuhan Tua Buleleng. (dnu)