Catus Pata, Diskisahkan negeri belang-belang akan melaksanakan suayembara. Suasana pada desa-desa di negeri belang-belang sangat sumringah. Acara minum-minum dipinggir jalan mulai kentara. Hal ini menunjukkan bahwa pesta awal sudah dimulai. Tidak sedikit para calon parody memasang gambar menebar pesona dipinggir jalan melalui poster bergambar. Gayanyapun seragam yakni cakupan tangan di depan dada. Bisnis jual beli juga makin lancar, jual tanah beli kursi he he he. Tahapan pendaftaran telah berlalu dan kini seluruh rakyat akan berkompetisi. Pada setiap sudut desa rakyat asyik membicarakan suayembara yang akan tiba. Rakyat di desa Pade Nau Selalu disingkat PNS, Rakyat Pade Dadi Ingetang disingkat PDI, Rakyat Nuraini, Rakyat di RT Beringin dan seluruh rakyat desa di kerajaan negeri tengah memperbincangkan suayembara yang akan tiba. Belajar dari pengalaman masa lalu dimana negeri belang-belang selalu menjadi arena huru-hara ketika suayembara, maka raja negeri berinisiatif mengajak rakyatnya untuk menyamakan persepsi membangun negeri. Pada suatu malam raja negeri memanggil suhuyasa, penekun spiritual yang selama ini telah ninggal swadarma mengabdi di desa pade nau selalu. Walau raja negeri sangat lihai, namun untuk urusan niskala tampaknya beliu lebih berserah pada suhuyasa. Dengan kepiawaianya suhuyasa mencermati satu persatu tanggal demi tanggal yang tertera dalam kalender. Dipilihnya tanggal 7 nuju sasih kepitu beteng was. Mungkin suhuyasa punya pertimbangan agar pertemuan kelak dapat mencapai tujuan sesuai harapan. Juru kunci bukit sinunggal inipun menentukan dauh ayu yang akan mengantarkan pertemuan menuju rahayu. Maka setelah disepekati raja negeri mengundang para punggawa kerajaan bertemu di pendopo kerajaan. Para tokoh rakyat masing-masing desa ikut hadir. Mereka mendapat suguhan ubi tambus dan kopi campur arak he he he. Ketika raja negeri hendak memulai pembicaraan, tiba-tiba seekor burung cendrawasih bertengger di depan gapura kerajaan. Para hadirin terperangah mengingat burung tersebut sangat langka bahkan tak ada habitatnya di negeri belang-belang. Sementara mahapatih kerajaan dilengkapi senjata dan tombak langsung mendekat pada burung cendrawasih. Namun raja negeri memerintahkan para mahapatih untuk tidak mengusik burung tersebut. Lalu raja negeri mendekat dan mencermati burung dengan bulu berwarna-warni yang hanya diam seribu bas. Dilihatnya burung cendrawasih mencengkeram sesuatu berwarna hijau. Semakin dekat warna hijau yang dicengkeram itu rupanya seikat sayur kangkung. Entah hanya untuk memperlihatkan barang bawaanya itu, burung cendrawasih itu langsung menghilang seperti ditelan bumi. Semua hadirin terkejut dan bertanya-tanya kemana gerangan burung cendrawasih yang mencengkeram seikat kangkung itu? Apakah itu burung jelmaan pemilik negeri ini? Ataukah hanya permainan si tukang sulap negeri yang sering muncul jelang suayembara? Simak pada edisi berikutnya
Tim Pemberitaan Dewata Roundu Up.(tut)