Senandung Giri : Ketika Raja Negeri Mulai Jalan-jalan Edisi ke-3 Habis

Catus Pata,Pada episode lalu diceritakan raja menjerit saat terbangun dari tidurnya dibawah pohon beringin. Melihat peristiwa itu seorang pengawal mencoba menenangkan raja negeri, namun ia tetap berontak. Raja yang tumben jalan-jalan ini menggerak-gerakkan tubuhnya seperti bertanding dengan seseorang. Tak berselang lama raja negeri terlihat lemas, orang kepercayaannya mendekat dan raja negeri meminta air. Ia pun diperciki air suci yang dibawa pengikutnya.

Setelah tersadar raja negeri memanggil pasukannya bahwa ia baru saja bermimpi bertemu dengan pemuda tampan yang mengendarai kuda. Ia konon diajak ke suatu tempat yang sangat rindang yang dihiasai kelap-kelip cahaya. Dalam mimpinya ia melihat banyak banteng yang mulai berteduh dibawah pohon beringin itu. Ketika hendak berjalan salah satu jemari kakinya diinjak oleh banteng-banteng itu. Sementara ia melihat seorang pemuda berwajah tampan diterbangkan oleh seekor burung garuda.  Itulah sebabnya dirinya menjerit meminta tolong.

Ia pun tersadar bahwa dirinya terlelap dibawah pohon beringin yang sangat rindang. “Pantes tidurku sangat lelap, ternyata aku tidur dibawah beringin,” ujarnya. Mendengar cerita itu para pengikutnya tertawa lebar. Melihat pasukannya ketawa raja yang selama ini lebih banyak cemberut akhirnya ikut tertawa lepas hingga muncul celetukan dari salah seorang pasukan istana. Mungkin kalau sering jalan-jalan raja negeri akan semakin ceria he he he.

Akhirnya rombongan kerajaan meninggalkan pohon beringin dan melanjutkan perjalanan ke desa Pade dadi Ingetang disingkat PDI. Memasuki wilayah ini ia banyak melihat relawan sedang berkumpul. Kenapa disebut relawan sih? Ya karena mereka adalah kumpulan rakyat yang akan rela saat jamuannya cocok dan akan berontak jika jamuannya bobrok ya nggak ya nggak. Tampak juga seorang nenek sedang bengong seperti menghayal. Konon ia sedang merenungi nasib yang ditinggal cucunya entah kemana. Diceritakan kini di desa pade dadi ingetang raja negeri diterima pada sebuah wantilan. Setelah mendapat jamuan secukupnya raja negeri memulai pertemuan. Raja yang mulai suka bercanda ini mengawali pertemuan ya dengan suayembara.

Ia menjajikan uang seratus ribu buat rakyat yang bisa menjawab pertanyaannya. Raja pun mulai melontarkan pertanyaannya. ” Apa beda pilKB dan pilleg,? Rakyatpun serentak menunduk dan mengaku tidak tahu. Lho masa sih tak ada satu rakyatpun yang tahu?  Mungkinkah ada sesuatu? Selidik punya selidik ternyata rakyat menguji kedermawanan raja negeri. ” Saje bares,” celetuk rakyat negeri sambil berlari. Hingga akhirnya seorang rakyat menjawabnya,  jika PilKB lupa minum langsung jadi sedangkan Pilleg setelah jadi langsung lupa he he. Mendengar jawaban itu raja negeri langsung merogoh seratus ribu dari koceknya. Arahanpun dilanjutkan oleh raja negeri. Ditengah arahan itu seorang tokoh desa adat setempat mempertanyakan bantuan yang tak kunjung cair.… Raja negeri yang kami hormati, kenapa janji baginda nggak kunjung cair? Katanya beres-beres tapi hingga kini tak cair-cair, apakah karena musim kemarau? Mendengar pertanyaan itu raja negeri yang tampil sangat anggun dan berwibawa ini memalingkan sorot matanya pada seseorang. Sorot mata yang tajam itu tertuju pada punggawa kerajaan yang ditugaskan di desa pade dadi ingetang yang sedang membawa ayam siungan wangkas kedas. Hanya satu kata yang dia sampaikan, “ Cairkan”  yang dijawab dengan kode anggukan oleh punggawa desa pade dadi ingetang. ” Sang punggawapun menggerutu dalam hati, udah dikasi kode ayam wangkas kedas toh juga nggak paham. Atas perintah itu terpaksa sang punggawa pinjam dana pinjam sini.  Sejak mendapat pertanyaan itu raja negeri memutuskan untuk mengurangi jalan-jalan sebab ia khawatir jika banyak janji yang dilontarkan dan ditagih oleh rakyat negeri. Jika itu terjadi maka kepercayaan akan semakin berkurang, sementara kekuasaan akan segera hilang.

Tim Pemberitaan Dewata Roundup.(Tut)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *