Catus Pata, Kabupaten Buleleng memiliki penduduk delapanratus duapuluh tujuh ribu jiwa lebih. Jumlah ini merupakan jumlah terbesar di Bali. Selain memiliki jumlah penduduk terbesar, Buleleng juga memiliki luas wilayah terbesar. Jumlah penduduk dan wilayah yang paling besar ini tentu merupakan modal pembangunan yang sangat potensial. Dibutuhkan terobosan-terobosan untuk mengelola sumber daya manusia untuk bersama-sama bergerak membangun Buleleng tercinta. Jika pemerintah di satu sisi dapat menyediakan prasaran dan fasilitas untuk menggerakkan roda perekonomian maka senyum masyarakat tidaklah merupakan barang langka di Bumi Panji Sakti. Bagi para Aparatur Sipil Negara, ASN , tenaga kontrak dan masyarakat kelas menengah bahkan kelas bawah sekalipun Anjungan Tunai Mandiri disingkat ATM bukanlah barang langka di Buleleng. Apalagi Tunjangan Hari Raya,THR telah tiba ya nggak ya nggak? Kondidi pasca covid-19 dimana masyarakat diberikan kebebasan untuk beraktifitas diluar rumah maka para Pekerja Migran Indonesia, PMI yang sempat dirundung kini mulai tersanjung karena sudah dapat menghasilkan fulus yang membumbung he he he. Bahkan setiap PMI sudah memiliki Anjungan Tunai Mandiri disingkat ATM. Sudah semestinya jika masyarakat memiliki ATM akan mampu mengendalikan perekonomian masing-masing. Namun sayang kesejahteraan masyarakat di Buleleng diikuti juga dengan penyakit “ATM” . Lho Kok? Ya Aids, Tubercolusis dan Malaria tampaknya mengemuka di Bumi Panji Sakti. Laporan per Triwulan Pertama masyarakat Buleleng yang terjangkit AIDS sebanyak 1.229 orang. Virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh ini diyakini merupakan fenomena gunung es sehingga data yang disajikan kemungkinan masih bisa berubah. Data ini didapat tentu dengan metode voluntary counselling and testing disingkat VCT yakni layanan konseling dan tes HIV yang dilakukan secara sukarela. Berikutnya penyakit Tuberkulosis disingkat TBC atau TB adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak. Penyakit ini dikenal sebagai penyebab kematian pada urutan ke-13. Di Buleleng masyarakat yang terjangkit penyakit TBC sebanyak 43 orang. Sedangkan warga yang terjangkit malaria di Buleleng sebanyak 5 orang. Jika dilihat dari jumlahnya tentu tidaklah seberapa dibandingkan dengan jumlah penduduk Buleleng yang mencapai delapanratus ribu jiwa lebih. Namun semua harus diwaspadai . Kondisi ini mendorong tim Propinsi turun ke Buleleng. Apakah ini sebagai gambaran kegagalan Dinas Kesehatan membangun kesehatan masyarakat Buleleng? Tentu tidak Dibutuhkan sinergitas peran semua komponen masyarakat untuk menekan laju perkembangan tiga penyakit ini di Buleleng.Intensitas pertemuan penguatan Forum Kemitraan Untuk penyakit “ATM” ini harus ditingkatkan sehingga harapan penyakit “ATM” berkahir tahun 2030 akan tercapai.
Tim Pemberitaan Dewata Round Up. (tut)