Senandung Giri : Dinamika Rakyat Negeri Belang-Belang Edisi Ke-1

Catus Pata, Dikisahkan negeri belang-belang terus berbenah. Banyak bangunan yang disempurnakan. Maklum saja walau hanya bersifat sementara namun raja negeri yang cukup lihai ini terus bergerak demi meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Menurutnya tak ada kata tersandera oleh kepentingan politik kecuali kepentingan public he he he. Bahkan belakangan jelang lengser keprabon banyak bangunan yang telah dan akan  disempurnakan. Dia yang sebelumnya nggak pernah ingat akan olahraga kini entah karena bisikan semesta getol menyempurnakan berbagai sarana olahraga. Tak salah banyak rakyat yang mulai bertanya kok berubah ya? Apakah ini karena perubahan mindset setelah meningkat status menjadi j r o? Entahlah hanya semesta yang tahu.

Perubahan drastis bahkan terjadi pada sikap raja negeri. Beliau sangat perhatian pada rakyatnya. Para tenaga di negeri kontrakan dibimbing satu persatu demi kelulusan mereka mengikuti peningkatan status. Tapi apa daya walau telah digembleng maksimal sebanyak 17 orang masih belum beruntung. Inilah yang disebut semesta dengan perjalanan hidup. Semua harus dilalui, manis, pahit, asam, asin dan umami atau gurih. Kalau dibidang displin, raja yang dikenal lihai ini semakin tegas. Betapa tidak salah seorang mantra desa yang mencoba melanggar aturan telah mendapat teguran keras. Bahkan dia mewanti-wanti rakyatnya di desa Pade Nau Selalu untuk meningkatkan disipolin dan jangan mencoba-coba bermain politik. “ Ketahuan dan terbukti? Pulas kayu cat he he he,”ungkap raja negeri yang mulai sangat rajin turun ke beberapa desa di negeri belang-belang. Apakah ini ada kaitannya dengan suayembara di negeri belang-belang, antapura, lelangon dan indrakila disingkat Bali dan negeri belang-belang sendiri?  Oh tidak, ini murni untuk melihat kondisi terakhir rakyat negeri. Buktinya setelah rakyat miskin ektrim tuntas, masih ditemukan rakyat miskin yang tercecer he he he.

Lalu raja peraih banyak penghargaan ini juga memperbaiki banyak jalan. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan satu jalan, berbeda dengan wakil mereka yang membutuhkan dua jalan. Apaan tuch? Jalan-jalan he he he. Harapan untuk mendapatkan pendapatan lebih ehh, kok malah keluar ilikita dari kerajaan pusat dengan uang saku yang hanya cukup untuk beli buku. Karoan saja mereka uring-uringan ya nggak ya nggak? Lalu saat termenung, raja negeri yang sedang duduk di pendopo istana tanpa didampingi suhuyasa mendengar sekelompok rakyat yang sedang berteriak-teriak. Hidup subak, hidup subak,,,suara yang awalnya terdengar  sayup-sayup itu makin lama kian mendekati istana. Raja negeri yang mendengar suara makin mendekat itu langsung memutar otaknya sembari bertanya-tanya apa gerangan yang terjadi? Simak pada episode berikutnya.

Tim Pemberitaan Dewata Roundup.(Tut)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *