
Catuspata, Dikisahkan pasca meredanya si covid kehidupan rakyat negeri terus menggeliat. Berbagai kegiatan digelar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Taman-taman kerajaan sudah kembali diserbu oleh rakyat negeri. Rupanya mereka ingin meluapkan kebebasan setelah dua tahun terkungkung. Raja negeri tahu persis soal yang satu ini. Tak ayal sejumlah pertunjukan digelar untuk memberikan hiburan gratis kepada rakyat negeri. Jadilah diselatan hiburan, di tengah hiburan, ditimur dan dibaratpun tak mau kalah. Mereka membuka kran pertunjukan disana-sini. Tidak hanya terbatas pada bidang seni tapi juga pada bidang olahraga dan bidang-bidang lainnya. Pokoknya segala bidang telah menggeliat.
Lalu bagaimana dengan kondisi kesehatan? Covid yang dulu merajalela kini makin malu menampakkan dirinya, walau sekali waktu masih saja muncul kasus terkonfirmsi, tapi itupun jumlahnya hanya dalam hitungan gerak jalan, tuk, wak, ga he he he. Apakah karena bulan kemerdekaan su dekat? He he he. Yang kini mengkhawatirkan justru penyakit yang menimpa sapi. Penyakit mulut dan kuku dengan cirri-ciri mulut berbuih serta kaki melepuh membuat para petani resah. Bagaimana tidak resah? Sudah memelihara ternak hampir lima tahun eh tiba-tiba mau dipotong dengan harga dibawah standar, karoan saja mereka berontak dan sontak mencari mantri hewan terhebat di seantero negeri. Lalu si giri bersenandung obatnya adalah racikan buah dan sayur yang sering didengungkan oleh suhutresna he he he, namanya namanya? Eco enzim gitu lho. Benarkah? Oh namanya juga senandung, tunggu saja sampai tak terbendung.
Lalu bagaimana dengan situasi keamanan? Pasca terjadinya aksi jambret dipagi hari pasukan keamanan istana, paskamis meningkatkan patrol rutin. Mereka berkeliling sampai ke pelosok negeri. Alhasil kini keamanan makin terjaga dibawah kendali komandan pasukan keamanan istana yang baru. Rakyat berharap jambret tak lagi merembet. Bahkan kalau bisa oknum pelaku jambret segera kena serempet timah panas agar tidak bisa lagi goyang domret he he he.
Lalu bagaimana dengan penerimaan siswa baru? Nah ini yang hingga kini masih misteri. Bahkan mungkin akan menjadi tradisi. Mereka menitipkan calon siswa sampai ke tempat tempat yang nyeluk agar posisi terdekat dengan sekolah. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak dapat? Ah gampang itu…nyeluksuk he he he. Kalau nyeluksuk satu atau dua sih masih wajar, tapi kalau nyeluksuknya hingga puluhan siswa bagaimana mengakomodirya? Buka kelas gemuk he he he. Gitu aja kok repot. Soal nyeluk dan nyeluksuk ini menjadi tradisi setiap tahun ajaran baru sejak diberlakukannya system zonasi.
Tim Pemberitaan Dewata Roundup.(tut/dpa)