Singaraja, Pada episode lalu dikisahkan bahwa berbagai putusan terjadi di negeri belang- belang. Di desa Pade Dadi Ingetang disingkat PDI tidak sedikit warga yang kehilangan asupan jelang hari raya. Mereka yang biasanya mendapat asupan jajan kini diputusin, mereka yang biasanya mendapat asupan buah kini diputusin. Selidik punya selidik ternyata oh ternyata sebabnya hanya satu. Suara yang dijanjikam tidak sesuai kenyataan, weleh, weleh. Masa sih janjinya sekampung ehhh jadinya cuma sepayung. Karoan saja kursi yang sudah menjadi impian tinggal kenangan. Lalu bagaimana dengan rakyat di desa nuraini? Ah sama juga tuch. Padahal rakyat di desa ini baru saja didanai upacara. Tapi tampaknya rakyat di desa ini lebih didesak kebutuhan perut ketimbang keutuhan setuut he he. Padahal jika pada hari raya sebelumnya rakyat di desa nuaraini cukup duduk manis dan mencakupkan tangan saja. Sedangkan biaya transport dan makan sudah ditanggung. Tapi apa lacur pas pada hari suayembara tampaknya mereka bingung, pilih sambung ataukah lung he he he. Ternyata lung yang mereka pilih hingga semua diputusin. Lalu bagaimana situasi rakyat negeri saat ini.
Dikisahkan kini harga kebutuhan pokok merangkak naik. Situasi hariraya yang menumpuk menjadi biang kerok kenaikan harga- harga. Syukur saja raja negeri yang lihai mampu membaca situasi. Dihubunginya semua pemangku kerajaan di belang-belang, antapura, lelangon dan indrakila disingkat Bali untuk membantu rakyat negeri belang- belang. Beras, minyak, telor dan berbagai bahan kebutuhan pokok disubsidi oleh kerajaan. Ia berprinsip kerajaan harus hadir pada saat- saat rakyat menjerit. Tapi kalau pas terjepit raja negeri masih pikir- pikir, terjepitnya oleh apa dan siapa ya nggak ya nggak? Lalu raja negeri bersama rombongan istana macecingak ke luar istana. Dilihatnya hamparan lahan yang tak dikelola. Dicobanya mendekat, mendekat dan lebih dekat, hingga akhirnya raja yang baru mau turun terpikat dan terikat he he he. Terpikat akan apa dan apa yang mengikat? Ya raja berlesung pipi ini terpikat akan kondisi lahan tersebut hingga akhirnya ia mengikatkan diri untuk mengelola lahan dimaksud. Sayang yang dipanggil bukanlah mantri pertanian tapi dipanggilnya si Giri sang abdi kerajaan untuk mencoba mencermati kondisi lahan yang sudah tidur lebih dari dua dasa warsa. Lalu apa yang dilakukan si Giri? Ia yang memang memiliki kemampuan telepati mencoba berkomunikasi dengan penunggu lahan tersebut. Terjadilah percakapan sebagai berikut:
Giri : “Wahai sang penunggu lahan, sudah berapa lama kamu tidur dan mengapa kamu tidur selama ini
Penunggu : “ Aku tertidur sudah duapuluh tahun, sampai- sampai aku lupa apakah aku masih diingat ataukah sudah dilupakan oleh raja negeri,”
Giri :“Tanaman apa yang cocok ditanam dilahan ini?”
Penunggu : “Kalau disini cocok untuk sayur mayur, padi dan sedikit pohon besar untuk perindang. Dan aku ingatkan jangan semua pohon besar yang ada disini ditebang semua , sebab itu tempat tidur anak buahku. Pada ujung lahan ini terdapat banyak mata air sebagai sumber kehidupan. Sedangkan pada bagian barat daya itu adalah rawa-rawa, disana ada belut putih sebagai penunggunya. Kalaupun akan dibangun sesuatu tolong dibuatkan kolam tempatnya berstana agar tempat ini tetap asri sebagai nama desa ini,”ungkap si penunggu. Diingatkan juga oleh penunggu bahwa jika memelihara ikan tebarlah ikan selain nila, sebab dikhawatirkan jika menebar ikan nila saat panen akan berubah menjadi nilawati he he he. Mendengar jawaban sang penunggu si Giri melaporkannya kepada raja negeri yang kini mulai sering macecingak ke wilayah negeri, sungguh berbeda dengan sebelum swayembara dimana raja negeri hanya berkutat di dalam istana. Jangankan bekerja, rapat-rapat bahkan tamupun diterima di dalam istana.. Diputuskan kemudian untuk menanam cabai, Lalu raja negeri memutuskan untuk minta sana-minta sini agar misi terpenuhi namun brankas kerajaan tetap terkunci he he he. Lalu si Giri bersenandung jangan sampai hangat-hangat tahi ayam, seperti proyek yang sempat dibuat pada dekat sebuah pura di pusat kerajaan. Sempat berteriak lantang lalu berkurang, jarang dan menghilang. Pada awalnya menggebu menjadikan hutan kota, tidak salah sih namanya hutan kota, jika kini sudah benar-benar menjadi hutan dengan pemandangan padang yang gadang he he he. Lalu cabai dan sayurnya dipanen oleh siapa??
Tim Pemberitaan Dewata Roundup