(Singaraja) Sejak resmi menjadi Penjabat (Pj) Bupati Buleleng 2022 lalu, Ketut Lihadnyana mengubah pola pikir aparatur sipil negara (ASN) agar lebih efisien dalam menggunakan anggaran daerah. Mengubah pola pikir ini dilakukan dengan manajemen kepemimpinan strong leadership. Atau kepemimpinan yang kuat. Penegasan itu disampaikan orang nomor satu di jajaran Pemkab Buleleng saat interkatif di radio Nuansa Giri Selasa (2/1). Menurutnya manajemen kepemimpinan yang kuat dibutuhkan untuk memaksa orang keluar dari zona nyaman, bagaimana mengajak ASN untuk mengetahui dan mengenali tugasnya setelah itu tidak terjebak administratif. Pj Bupati Lihadnyana mengungkapkan perubahan pola pikir itu juga melalui proses yang tidak instan. Namun dengan konsisten perlahan seluruh perangkat daerah dapat mengikuti perubahan pola pikir tersebut. “Strong leadership itu bagaimana mengajak ASN mengetahui, mengenali tugasnya, setelah itu tidak kejebak administratif, seetlah itu kita selalu tidak lagi mendorong by proses, semua itu dikemas dalam zona nyaman. Memang awalnya sangat terkejut karena yang menjalankan program itu adalah perangkat daerah namun yang menilai adalah masyarakat,”tegasnya
Saat ditanya kesan yang muncul justru adalah otoriter, Pj Bupati asal desa Kekeran Busungbiu membantah sinyalemen itu. Ia justru menilai kesan itu dimunculkan oleh oknum ASN yang zona nyamannya terganggu oleh kebijakan itu. “Jangan nanti samakan strong leadership dengan otoriter. Itu sangat keliru, itu jauh panggang dari api,”terangnya
Manajemen kepemimpinan juga ditunjukkan dengan berprosesnya sistem meritokrasi untuk menilai kinerja pegawai. Sistem tersebut mampu memberikan penilaian secara objektif terhadap pegawai sesuai dengan kompetensi dan kinerjanya. Memberikan peluang bagi pegawai berkinerja baik untuk mendapatkan penghargaan baik tambahan penghasilan pegawai, TPP dan atau jenjang karir sesuai dengan kompetensinya.(tim)