Sari Mekar, Perajin Ingke asal desa Sari Mekar tak merasakan dampak negatif dari pandemi covid-19. Banyak perajin mengeluh penjualan menurun drastis ditengah pandemi, tetapi tidak dengan perajin Ingke desa Sari Mekar.
Hasil kerajinan tradisional aneka jenis “Ingke” yang dikerjakan kaum ibu di desa Sari Mekar masih laris ditengah pandemi covid-19. Ingke berkesan unik atau klasik digunakan untuk menjamu tamu yang datang saat menyelenggarakan acara adat dan keagamaan ini membuat Ingke masih tetap eksis walaupun ditengah pandemi covid-19.
Perajin Ingke asal Desa Sari Mekar Luh Kariasih (35) mengatakan, selama pandemi covid-19 penjualan Ingke masih tetap ramai sama seperti sebelum pandemi. Ia mampu membuat Ingke 100 biji bahkan 200 biji dalam 3 hari dan diberikan kepada langganannya. “Saya sudah punya langganan dan ini bawa ke pasar dan distok oleh penjual disana,”ujarnya.
Lanjut Kariasih, Ingke masih ramai dipasaran karena harganya murah. Ia menjual seharga Rp6000 /biji dan Rp 72000/stel. “Rp 6000 perbiji satu lusin Rp 72000, dan saya biasanya bawa ke Malang untuk langganan saya,”ungkapnya.
Selain untuk tempat makan ingke yang diproduksi oleh perajin sudah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga Ingke tidak hanya ditemukan di rumah makan tetapi kini sudah banyak ditemukan di rumah-rumah baik untuk tempat menaruh sarana persembahyangan dan untuk menaruh berbagai jenis makanan.(dpa)