Beratan, Perajin bokor asal kelurahan Beratan ditengah pandemi covid-19 memilih tetap bertahan dan bersabar meski pesanan sepi.
Pandemi covid-19 tak hanya menularkan wabah penyakit, namun juga memukul dunia perekonomian hampir semua lini profesi. Mulai dari pedagang kecil, usaha kreatif, pelaku industri, pariwisata, dan juga perajin. Seperti yang dirasakan perajin bokor I Putu Sudana (65) asal kelurahan Beratan, kec/kab Buleleng, Bali.
Perajin bokor I Putu Sudana mengatakan, ditengah pandemi ia tetap memproduksi pesanan sesuai dengan keinginan konsumen seperti bokor, dulang tumpuk, dll. Namun pesanan tak sebanyak sebelum pandemi, sebelum pandemi Putu Sudana selalu kewalahan untuk membuat pesanan bokor, tetapi semenjak pandemi menjadi sepi pesanan. “Kami perajin bokor dimusim pandemi ini agak seret ya, sebelum pandemi kami kewalahan sekarang sepi tapi ya kanggoin aja yang penting jalan dulu,”ujarnya.
Lanjut Putu Sudana, ditengah pandemi harga bahan baku juga mengalami kenaikan, tetapi ia tetap melakukan produksi sesuai pesanan yang ada agar tidak mengecewakan konsumennya. “Harga bahan baku juga mengalami kenaikan mulanya 200 ribu sekarang sudah 300 ribu per lembat dan itu kendala bagi kami, tapi kami tetap memproduksi,”ungkapnya.
Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Rp 500-3juta sesuai dengan jenis, ukuran dan tingkat kesulitan.(dpa)