Buleleng, Produk Bulhar Bugar yang diproduksi Agus Yogi Yadnya ternyata diminati warga negara asing. Namun dalam pengirimannya ke sejumlah Negara, Gus Yogi terkendala ongkos kirim yang berkali lipat harga produk.
Proses produksi produk kesehatan tradisional Bulhar Bugar masih konvensional. Namun sudah menggunakan peralatan yang sesuai dengan standar industri rumahan. Dibantu istri, anak dan karyawan lepas 2 orang, dalam sebulan produksi bisa mencapai 100-150 produk lotam dan minyak scara.
Agus Yogi Yadnya tidak memungkiri jika selama pandemi produksi sempat menurun, namun dengan semangat teman-teman, maka usahanya tetap berjalan dan mulai merambah pameran-pameran. Iapun berharap pandemi ini cepat berakhir sehingga perekonomian segera bangkit apalagi UMKM tengah di gencarkan pemerintah.
Agus Yogi Yadnya yang akrab disapa Gus yogi mengungkapkan sebagai owner dirinya terus meningkatkan kualitas produk. Dengan begitu banyak relasi yang tertarik utamanya pada produk minyak scara bulhar yang juga mendukung pemasaran produk. Ia menjelaskan konsumen selama ini datang dari beberapa komunitas dan reseller. Selain itu pemasaran sudah menjangkau pasar global, seperti ke australia dan perancis. Kendalanya, pada situasi dimana harga kirim sangat tinggi contohnya ongkos kirim ke Australia perkilo hampir 500rb dan ke Perancis bisa mencapai 750rb. Ini juga tentu menjadi kendala reseller untuk berbisnis. “Ini yang menjadi sebuah pembahasan, nanti kita bisa mencari solusi bagaimana produk bali bisa bersaing ke luar negeri,”ujarnya.
Produksi UMKM menurut Gus Yogi juga harus menghadapi harga bahan baku. Jika harga naik maka berdampak pada jumlah bahan baku yang terbatas. Harga produk juga tidak bisa dinaikkan karena kondisi perekonomian. Untungnya, dalam produksi obat tradisional ini Gus Yogi menggunakan bahan baku dari kelompok-kelompok yang sudah diberdayakan komunitas Buleleng Harmoni (Bulhar) di Desa Rangdu Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng. Komunitas tersebut mayoritas menanam tanaman rempah seperti jahe merah, cengkeh, temulawak, dan lengkuas. “Ini yang menjadi harapan kedepan bahwa Buleleng hanya menunggu apalagi pariwisata di Bali sangat besar, nanti kita bisa angkat obat herbal Bali ini,”imbuhnya.(ags/dpa)