Baktiseraga, Terinspirasi oleh program Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle mengurangi – menggunakan – daur ulang disingkat TPS3R desa Bakti Seraga di kecamatan Buleleng kini mengelola lahan melalui system urban farming.
Pertanian diwilayah urban atau urban farming belakangan menjadi salah satu tren pengelolaan lahan. Jenis pengelolaan ini memanfaatkan lahan yang tidak produktif. Desa Bakti Seraga melihat peluang ini mengingat banyak lahan di daerah LC tersebut belum dibangun oleh pemiliknya. Upaya pendekatan dilakukan kepada para pemilik lahan. Alhasil sejak awal tahun 2021 urban farming di desa yang meraih penghargaan pengelolaan TPS3R tersebut mulai menggeliat.
Kades Bakti Seraga Gusti Putu Armada menjelaskan ide mengelola lahan berawal dari lahan seluas 4 are kemudian berkembang hingga kini mengelola lahan pada sebelas lokasi lahan masing-masing 4 are. Soal ketersediaan air pihaknya menggunakan air sumur pompa. Seperti disampaikannya saat obrolan bersama narasumber di radio Nuansa Giri Jumat (13/08). Kelebihan dari system urban farming menurut Armada adalah karena tidak perlu lahan yang snagat luas dibandingkan dengan lahan pertanian konvensional. Adapun jenis sayuran yang ditanam meliputi cabai, tomat, pare, kacang panjang dan sayuran lainnya. “Daripada kosong penuh dengan semak belukar kita coba dekati dan kita sampaikan pemilik tanahpun respon dan memberikan tanah itu untuk dijadikan tempat urban farming,”ujarnya.
Kades Bakti Seraga Gusti Putu Armada menambahkan guna menjual hasil produksi urban farming, pihaknya menerapkan metode petik bayar. Hingga kini konsumen bukan hanya dari warga desanya saja namun juga dari luar desa Bakti Seraga. Bukan hanya diperjual belikan namun juga ada kegiatan sosial dengan bagi-bagi sayur hasil urban farming. “Kami di desa memiliki komunitas ibu ibu yang luar biasa darisitu kita berpikir apapun program desa akan selalu disuport,”ungkapnya.(tut/dpa)