Ketika Lelah Tak Terbantah

Catuspata, Dikabarkan keadaan negeri belang- belang kian hari semakin tidak menentu. Banyak rakyat yang disinggahi oleh si kopid. Padahal mereka merasakan baik baik saja. Kenapa? Ya karena si kopid tak terlihat oleh kasat mata. Kopid baru kentara jika balian menempelkan alat swab kepada rakyat negeri. Kian hari terjadi peningkatan rakyat terkonfirmasi yang sangat signifikan. Tiga digit alias ratusan bertahan  selama seminggu. Diantara mereka  ada yang mau diisolasi terpusat ada pula yang menjalani isolasi mandiri. Sementara raja negeri Raden Tubagus didampingi Suhuyasa pusing tujuh keliling mencari jalan keluar lepas dari cengkeraman si kopid . Upaya sekala dan niskala sudah dilakukan. Bahkan memercikkan tirta seantero negeri juga sudah dilakukan. Menjaga pintu dengan lidi, bawang dan pandan berduri juga sudah disiarkan kepada rakyat negeri. Raden Tubagus  mencoba mengupas kebiasaan rakyat negeri makan pedas. Nah disini raja berlesung pipi tersebut melihat salah satu kebiasaan makan pedas ini sebagai salah satu pintu masuk si kopid. Maka raja negeri berharap agar rakyat memulai kebiasaan minum. Bukan minum kopi campur arak ya, tapi minumlah jamu. Jamu apaan tuh? Ya jamu tradisional dong, jamu beras kencur, jamu kunyit, jamu jahe campur sere jika ada madu alangkah baiknya. Ramuan ini diyakini dapat meningkatkan imun tubuh. Jadilah pesan raja negeri bertambah satu M lagi yakni meminum jamu he he. Raja negeripun mengajak rakyat bersabar dalam menghadapi si kopid.

Lalu rakyat negeri mulai mempertanyakan bantuan. Banyak dari mereka yang mengaku tidak tersentuh bantuan. Ada asap tentu ada api. Kenapa? Tentu banyak alasan, ada yang memang tidak terdata, ada yang tidak memenuhi persyaratan. Nah disinilah dibutuhkan komunikasi dua arah. Rakyat yang belum tersentuh wajib mengurus dirinya dan mendatangi pusat komunikasi di masing- masing desa dan kelurahan. Tak sedikit dari mereka bilang ah malas dah toh gitu gitu ajah, rakyat sudah lelah nah kalau mengurus diri saja malas bagaimana pihak kerajaan akan tahu sikontol tuh rakyat?.

Kini kita tengok kekinian kamar mayat. Dulu tidak banyak mayat yang dititip di kamar jenasah. Dari kapasitas 12 bed sempat terisi hingga 18 jenasah. Lalu dimana jenasah- jenasah itu ditempatkan? Ya tetap sih dimakar jenasah hanya posisi dan letaknya diatur sedemikian rupa. Jika dalam kondisi normal ditempatkan dalam almari es, kini ditempatkan pada bed. Punggawa rumah sakit mengaku pusing tujuh keliling. Kelelahan pun menghinggapi paramedis. Mayatpun diminta bersabar. Kenapa? Ya masih mencari dewasa ayu agar perjalanan menuju sunia loka lancar dan dapat menyatu dengan sangkan paraning dumadi. Nah ketika kelelahan tak terbantah hanya satu kata kunci yang harus selalu diingat. Sabar, Sabar dan Sabar. Kita semua lelah tapi kita harus selalu sehat dan semangat. 

Tim Pemberitaan Dewata Roundup.(tut/dpa)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *