Kader Banteng Tanggapi Baliho Pas-De Gadjah

Buleleng, Baliho Putu Agus Suradnyana (PAS) berpasangan dengan Made Muliawan Arya (De Gadjah) mulai mendapatkan reaksi kader Banteng.

Munculnya sejumlah baliho bergambar Putu Agus Suradnyana (PAS) berpasangan dengan Made Muliawan Arya, yang akrab disapa De Gadjah, sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali 2024 mulai mendapatkan tanggapan kader banteng. Adalah Putu Mangku Budiasa, kader banteng yang terpental dari pencalegan DPRD Buleleng 2024 yang mulai bereaksi. PAS, yang saat ini masih menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Buleleng, dinilai telah melupakan asal-usulnya.

Menanggapi pernyataan Putu Agus Suradnyana dalam podcast beberapa hari lalu, yang menyatakan siap bertarung dalam Pilgub Bali 2024, kader banteng asal desa Selat Sukasada menyatakan keprihatinan.  Menurutnya Dalam kapasitasnya PAS sebagai Ketua DPC yang sangat memahami mekanisme dan AD-ART partai, ia mengkritik langkah PAS yang tidak mengikuti mekanisme penjaringan dan penetapan bakal calon gubernur yang seharusnya melalui proses pendaftaran resmi.

“Jika memang berniat maju sebagai calon Gubernur, seharusnya ikut mendaftar, bukan dengan cara memasang baliho berpasangan dengan partai lain sementara masih menjabat sebagai Ketua DPC. Ini namanya tidak punya etika politik, seharusnya mundur dulu sebagai pengurus dan anggota partai,” tegasnya.

Mangku Budiasa yang masih menjabat sebagai ketua Komisi II DPRD Buleleng menambahkan, alasan PAS ingin maju dalam Pilgub Bali 2024 adalah bentuk kekecewaan karena istrinya dicoret sebagai Caleg DPR RI dari PDIP pada pemilu 2024.

 “Apapun alasan yang disampaikan PAS dalam podcast itu hanyalah alasan pembenar dibalik haus kekuasaan. PDIP telah membesarkan nama PAS, pernah menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Bali selama tiga periode, Bupati Buleleng selama dua periode, begitu juga dengan istrinya yang saat ini masih menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Bali. Sikap PAS seperti kacang yang lupa kulitnya sangat kami sayangkan,” ungkapnya.

Sementara itu, dikonfirmasi pada Senin (22/7), Putu Agus Suradnyana menganggapinya dengan santai. Menurutnya semua orang bisa saja memasang baliho dan masyarakat yang akan menilainya.

“Semua orang bisa masang baliho, giri pasang baliho masak saya tidak boleh pasang baliho. Masyarakat sudah bisa berpikir secara obyektif segitu aja, tidak usah kita memberikan penilaian. Kalau perorangan jadi subjektif bisa saja karena tidak suka sama saya biar masyarakat yang menilai, toh saya belum keluar dari pdi perjuangan belum ada pencalonan,” tegasnya.(TIM)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *