Jejak Cinta, Sejarah, dan Nasionalisme Pada Satu Setengah Abad SDN 1 Paket Agung

SINGARAJA, Satu setengah abad SDN 1 Paket Agung sekolah dengan rangkaian Jejak Cinta, Sejarah, dan Nasionalisme.

Langit pagi di Buleleng belum sepenuhnya cerah, namun halaman SDN 1 Paket Agung sudah ramai. Suara tawa anak-anak berpadu dengan obrolan para alumni yang datang dari berbagai penjuru negeri. Jumat, 1 Agustus 2025, bukan hari biasa. Di tengah suasana yang hangat, sekolah tertua di Pulau Dewata ini merayakan hari jadinya yang ke-150. Satu setengah abad bukan waktu yang singkat, dan kali ini, perayaan ulang tahun sekolah disusun istimewa penuh sejarah, sarat makna.

Tak seperti biasanya, perayaan ulang tahun sekolah ini dimulai dengan sebuah perjalanan. Bukan perjalanan biasa, melainkan “napak tilas sejarah” yang menyusuri jejak kehidupan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Nyoman Rai Srimben, pasangan yang melahirkan tokoh besar bangsa, Ir. Soekarno.

Langkah demi langkah para peserta menyusuri jalan Veteran, melewati Jalan Gunung Batur menuju sebuah rumah kos tua yang konon pernah menjadi tempat tinggal Raden Soekemi saat mengajar di Buleleng. Di pelataran rumah itu, sebuah pohon belimbing masih berdiri kokoh. Di sanalah, menurut penuturan warga dan catatan lokal, Raden Soekemi menanam ari-ari anak pertamanya, Raden Soekarmini, yang dikenal sebagai Ibu Wardoyo kakak kandung Soekarno.

Perjalanan berlanjut ke Lingkungan Bale Agung, tempat masa muda Nyoman Rai Srimben dihabiskan. Dari sana, rombongan kembali ke sekolah, disambut dengan senyum para siswa dan iringan gamelan. Namun kejutan tak berhenti di sana.

Di atas panggung sederhana yang didirikan, sekelompok siswa tampil membawakan drama sejarah. Bukan sekadar pertunjukan, melainkan kisah cinta Raden Soekemi dan Nyoman Rai Srimben yang dituturkan dengan penuh penghayatan. Dalam diam, banyak penonton tertegun beberapa alumni tampak menyeka air mata haru. Di balik lugu dan polosnya para aktor kecil itu, ada semangat besar untuk merawat ingatan sejarah.

Disela kegiatan, Ketua Panitia Perayaan I Ketut Wiratmaja, mengungkapkan ini bukan hanya perayaan ulang tahun sekolah, melainkan tetapi juga momen mengenang jejak sejarah yang melekat dengan Buleleng, khususnya kisah keluarga Sang Proklamator. “Kami ingin menghidupkan kembali jejak-jejak sejarah yang melekat erat dengan Buleleng, dengan cara yang menyenangkan sekaligus mendidik.”ungkapnya

Di lorong-lorong kelas, sebuah pameran kecil digelar. Kursi kayu tua, lemari dari tahun 1928, buku induk siswa, hingga bel kuno menjadi saksi bisu perjalanan sekolah ini. Banyak alumni mengenang masa kecil mereka saat melihat benda-benda itu menyentuhnya seperti menyentuh kenangan yang dulu sempat tersimpan rapi di balik ingatan.

“Yang membuat kami bangga, banyak alumni pulang kampung hanya untuk acara ini, gotong royong lintas generasi menjadi semangat yang luar biasa.” ujar Wiratmaja.

Sekretaris Daerah Buleleng, Gede Suyasa, yang hadir dalam peringatan ini, menaruh perhatian besar pada nilai historis sekolah. Baginya, SDN 1 Paket Agung bukan hanya institusi pendidikan, tapi juga simpul sejarah yang harus dirawat dengan baik.

“Sekolah ini adalah bagian dari cerita besar bangsa,” ujar Suyasa. “Kami akan dorong adanya ruang penyimpanan artefak sejarah, dan mengusulkan perbaikan ruang kelas. Benda-benda seperti meja antik, lemari tua, dan buku induk siswa adalah fondasi nasionalisme bagi generasi baru.”pungkasnya.

Sepanjang hari itu, SDN 1 Paket Agung tak hanya menjadi ruang belajar, tapi juga panggung besar sejarah dan budaya. Ada pertunjukan seni, hingga pentas kolaboratif yang melibatkan siswa, guru, alumni, dan warga sekitar.

Perayaan 150 tahun ini bukan sekadar nostalgia. Ia menjadi pengingat bahwa di balik bangku-bangku tua dan lorong-lorong kelas, tersembunyi kisah besar tentang cinta, perjuangan, dan lahirnya nasionalisme. SDN 1 Paket Agung, dengan segala kesederhanaannya, telah menjadi bagian dari sejarah itu. (DNU)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *