Kendran, Desa Adat Buleleng fokuskan perkembangan setra Buleleng yang sarat akan nilai sejarah dan memiliki daya tarik wisata.
Setra Buleleng bukan hanya menjadi tempat peristirahtan terakhir, namun kini telah disulap menjadi objek wisata yang penuh dengan sejarah. Secara fisik setra Buleleng telah di percantik dengan menambahkan taman-taman bungan dan jalanya di pavingisasi, sementara cerita sejarah pada jaman colonial belanda dan jepang akan di bangkitkan kembali.
Usai kegiatan jalan santai bersama di Setra Desa Adat Buleleng Pada 10 Oktober 2021, Kelian Desa Adat Buleleng Ir. Nyoman Sutrisna. MM mengungkapkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan pokdarwis lilacita ulangun untuk mengrestorasi rumah pemantauan yang ada di pohon kepuh konon dulu menjadi tempat pemantauan kapal yang datang di pelabuhan Buleleng. “Kami akan mencoba mendisain kembali apa yang menjadi keinginan kita bersama sebagai tempat wisata karena ini ada semacam sejarah,”ujarnya.
Kelian Sutrisna menambahkan keberadaan Setra Buleleng dapat menjadi paket wisata city tour yang ada di wewidangan Desa Adat Buleleng. Dari Pelabuhan Buleleng dan Museum Sunda Kecil, keselatan ada Masjid Agung Jamiq dengan Kitab Suci Al-qur’an yang ditulis oleh Raja Buleleng, dan keselatan lagi ada Setra Buleleng dengan Relief Bima Swarga dan Rumah Pohon Pemantauan, dan dibagian paling selatan ada Puri Kanginan dan Puri Kawanan yang disekitarnya ada Pekayehan Pancoran Kuno, Rumah Nyoman Rai Srimben, Museum Buleleng Dan Gedong Kertya. “Kita memiliki objek yang sangat banyak seperti Pelabuhan Buleleng, Masjid Agung Jamiq, Puri Kanginan, Puri Kawanan, Rumah Nyoman Rai Srimben, Gedong Kertya dan masih banyak lagi,”pungkasnya.
Selain kegiatan jalan santai bersama, dilakukan pembersihan udara dengan cairan ecoenzym di sekitar setra buleleng yang disemprotkan oleh anggota PMI Buleleng.(dnu/dpa)