Singaraja, Bali merupakan pulau dengan 8 kabupaten dan satu kota madya. Pulau berjuluk seribu pura ini memiliki penduduk empat juta jiwa lebih. Dari jumlah tersebut Buleleng memiliki jumlah penduduk hampir sembilan ratus ribu jiwa. Secara makro sudah semestinya sumber daya manusia, SDM di kabupaten Buleleng merupakan komponen yang sangat besar untuk mendongkrak perekonomian. Namun jika dilihat dari sisi ekonomi jumlah penduduk Buleleng yang cukup besar menjadikan beban tersendiri. Kenapa? Ya tidak sedikit dari mereka masih hidup dibawah garis kemiskinan, walau pemerintah kabupaten Buleleng dibawah kendali Pj. Bupati sudah mendeklarasikan bahwa jumlah penduduk miskin kian tahu makin berkurang dengan sejumlah parameter. Tapi apa iya? Tidak ada yang tercecer?? Buktinya buktinya? Selain menggunakan instrumen resmi dari Dinas Sosial, pj bupati juga membentuk relawan ANOM, lho kok? Atas Nama Orang Miskin he he he. Relawan ini bergerak,bergerak dan terus bergerak untuk memastikan masyarakat Buleleng lepas dari garis kemiskinan.
Masyarakat Buleleng yang punya jiwa petarung tidak sedikit hijrah ke bali selatan untuk bisa meningkatkan tarap perekonomian mereka. Bukan hanya itu tidak sedikit mayarakat juga rela meninggalkan anak dan istri mereka hingga keluar negeri untuk memastikan mereka bisa bertahan hidup berkecukupan. Apa sebabnya mereka hingga hijrah ke bali selatan dan luar negeri? Hanya satu, di Buleleng lapangan kerja sangat minim ya nggak ya nggak?? Lalu tangguhgjawab siapa untuk menciptakan lapangan kerja? Presiden Jokowi melalui program enterpreinership berusaha menciptakan jutaan lapangan kerja agar masyarakat bisa mandiri. Tapi bagaimana dengan di Buleleng? Benar memang dinas terkait sudah melakukan berbagai pelatihan, tapi apa hasilnya? Saat rakyat bimbang dan ada iming- iming bansos dari Bupati Badung Nyoman Giri Prasta dengan program Badung angelus buwana, tak berfikir panjang merekapan serta merta mendewakan program itu, ya nggak ya nggak? Sesungguhnya program ini merupakan penyisihan dari pendapatan pemerintah Kabupaten Badung untuk berbagi dengan kabupaten/ kota lainnya di Bali. Mengapa? Ya Badung sebagai pusat pariwisatanya Bali mendapatkan banyak pendapatan dari sektor pariwisata, sedangkan kabupaten/ kota lainnya khususnya Buleleng merupakan penyuplai buah- buahan, sayur, ikan dan lainnya. Jadi sudah selayaknya Badung juga berbagi dengan kabupaten kota lainnya, sebagaimana pola pembangunan yang diterapkan oleh mantan Gubernur Bali asal Buleleng Wayan Koster, one island one manajemen yang berarti satu pulau dengan satu manajemen tata kelola. Tapi apakah kita akan terus- terusan tergantung pada Badung? Apakah tidak sebaiknya kita minta kail ketimbang ikan? Orang Bali bilang cepok pindo juari ngidih yen sesai dije jang muane?? Sedikit sedikit angelus buwana, sedikit sedikit angelus buwana, seakan program ini sudah membumi di bumi Panji sakti.
Maka sudah selayaknya pemerintah kabupaten Buleleng bersama seluruh elemen masyarakat segera bangkit untuk menciptakan lapangan kerja baru di Buleleng, Bandara yang sempat dijanjikan, pengelolaan Turyapada tower yang diwacanakan harus segera dikejar agar tak selamanya Buleleng dininabobokkan dengan uluran tangan orang lain, Karena hal ini akan berdampak pada masa depan mentalitas masyarakat Buleleng, mengingat uang akan mampu merubah pola pikir seseorang,sebagaimana kutipan dalam sebuah ungkapan bijak ” Sang Parta Kinalap Ikang Nyana” artinya artinya uang akan mampu merubah alur pikir seseorang.
Lalu apa kaitannya dengan Pilkada serentak? Mari kita urai satu persatu, tahun lalu ketika pencairan program badung angelus buwana di gedung Mr Gusti Ketut Pudja, tak satupun ada pejabat yang berani hadir dengan alasan tidak ada undangan resmi, sampai sampai masyarakat penerima bansos merasa seperti ayam kehilangan induknya he he he. Tapi kemarin semuanya berubah seratus delapan puluh derajat. Pada pencairan bansos kemarin pj bupati Buleleng Ketut Lihadnyana langsung hadir ditengah-tengah masayarakat penerima bansos he he he . Spanduk yang terpampangpun telah berubah, jika dulu dalam setiap kegiatan menggunakan satu tagline yakni satu jalur, kita tagline itu telah berubah menjadi satu komando, he he he. Apakah alam politik telah berubah?? Entahlah, hanya waktu yang dapat menjawabnya. Semesta telah menyiapkan moment agar Buleleng bangkit. Pemilihan bupati dan wakil bupati, gubernur dan wakil gubernur akan tiba pada 27 Nopember mendatang, Mari kita pilih pemimpin yang mampu menjawab ketersediaan lapangan kerja di Buleleng.
Tim Pemberitaan Dewata Roundup