Padangbulia, Tradisi perang api atau meamuk-amukan adalah tradisi unik yang diselenggarakan sebelum nyepi di Desa Padangbulia.
Tradisi Meamuk-amukan atau perang api ini biasanya dilakukan saat pengerupukan dan setelah upacara mecaru selesai, biasanya alat yang digunakan adalah daun kelapa kering atau danyuh yang dibakar.
Kelian Desa Adat Padangbulia Gusti Ketut Semara menjelaskan tradisi meamuk-amukan ini sudah menjadi warisan budaya leluhur Desa Padangbulia tetapi secara tertulis awignya belum ada. Namun pada saat sehari sebelum Nyepi, masyarakat desa Padangbulia spontan melakukan tradisi tersebut. “Ini tradisi me amuk-amukan adalah tradisi dari leluhur secara tertulis awignya memang tidak ada, tapi ini dilakukan pas di pengerupukan,”ujarnya.
Kelian Desa Adat Padang Bulia Gusti Ketut Semara menambahkan makna dari Tradisi Meamuk-amukan ini secara spiritual adalah untuk melepaskan amarah yg ada atau hawa nafsu yg timbul di dalam diri sendiri. Tradisi ini memakai sarana api atau danyuh yang dibakar untuk melebur amarah tersebut dan dalam menyambut catur brata penyepian tidak diganggu oleh bhuta kala. “Kalau maknanya secara spiritual memang ada, ketika kita mengadakan ini untuk melepaskan amarah diri sendiri,”ungkapnya.
Sementara itu Gede Hendrawan selaku Wakil Ketua Sekaa Teruna Teruni (STT) Eka Karya Bakti Desa Padangbulia mengungkapkan selama ini pihaknya selalu membangkitkan semangat para pemuda untuk melestarikan tradisi yg ada di desa padangbulia. Ia juga berharap pemuda-pemudi langsung mengikuti tradisi meamuk-amukan dan merasakan tradisi itu secara langsung. “Selama ini dari STT baru membangkitkan semangat para pemuda untuk melestarikan tradisi ini dan pemuda juga terjun langsung untuk melakukan tradisi meamuk-amukan,”pungkasnya.(uka/dpa)