Catuspata, Anomali cuaca sangat sering terjadi di bumi Panji Sakti. Saat mentari terik, tiba-tiba turun hujan yang sangat lebat. Warga menyebutnya dengan istilah hujan raja he he he. Kenapa? Ya mungkin karena hanya sang raja yang dulu bisa membuat hujan dalam kondisi apapun. Belakangan dengan banyaknya juru terang terkadang warga seakan tidak percaya jika cuaca yang sangat cerah bisa terjadi guyuran hujan yang cukup lebat.
Nah sesungguhnya alam sudah mulai mengingatkan kita bahwa segala sesuatu bisa saja terjadi. Kita sebagai warga masyarakat sudah sepaputunya eling dan segera berbenah untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi. Huian yang terjadi tanpa tanda seakan mengingatkan kita agar segera mengecek talang air, atap rumah serta got-got yang sering mampet karena genangan sampah. Jika sampah dibuang ke sungai atau got maka bukan tidak mungkin jika air akan demo dan mengaliri jalan-jalan. Kenapa air mesti demo? Ya karena jalan mereka diambil alih oleh sampah, ya nggak-ya nggak.
Dulu bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana setiap jelang musim hujan selalu mengajak komponen masyarakat dimotori oleh Aparatur Sipil Negara untuk turun ke sungai-sungai yang berpotensi banjir. Gerakan membersihkan sunga ini tampaknya perlu digalakkan lagi agar bencana yang pernah terjadi tidak berulang tahun. Salah satu lokasi yang paling mcnolok pada o kilometer atau di pusat kota adalah kali yang melintas di Kampung Anyar. Program kali bersih yang sempat digagas oleh mantan Camat Buleleng tampaknya kini sudah tidak ada lagi. Kondisi ini menjadikan Kampung Anyar sebagai bulan-bulanan banjir jika musim hujan. Sedikit sedikit banjir, sedikit sedikit banjir padahal hujanya cuma sedikit-sedikit.
Untuk itu semasih ada waktu untuk berbenah, mari kita gerakkan kembali seluruh komponen masyarakat untuk membersihkan kali, membersihkan sungai agar banjir tidak lagi menghiasi halaman media di Buleleng.
Tim Pemberitaan Nuansa Giri FM. (tut/dpa)