Senandung Giri : Saat Kangkung Dicengkeram Cendrawasih Episoda III

Catus Pata, Pada episode lalu dikisahkan raja negeri belang- belang  berang saat melihat suasana alun- alun negeri sunyi seperti kuburan. Ketika itu giliran rakyat RT beringin menikmati hidangan gratis. Seluruh punggawa dan mahapatih kerajaan dipanggil ke istana. Raja pemberani ini ingin tahu apa gerangan yang terjadi hingga rakyat RT Beringin tak memenuhi undangannya. Diajak makan saja susah apalagi diajak  bekerja, gumam raja negeri. Maka setelah para punggawa dan mahapatih berkumpul raja negeri mulai membuka pembicaraan dengan mulut bergetar. ” Wahai para punggawa dan mahapatihku, suayembara su dekat, kenapa kondisi seperti ini terjadi? Kenapa rakyat tidak hadir saat aku undang ke alun- alun kerajaan? “Wahai punggawa dan mahapatihku, ini pertaruhan jabatanku kepada raja Belang- Belang, Antapura, Lelangon dan Indrakila disingkat Bali” ungkapnya dengan nada kesal. Suasana  menjadi hening, sehening setra belang-belang ditengah malam. Suasana ini berlangsung cukup lama. Tak ada satupun punggawa dan mahapatih yang berani angkat bicara hingga raja negeri belang- belang yang sangat pintar ini melanjutkan ucapannya. ” Para punggawa dan mahapatihku, suayembara su dekat, aku minta kalian mengkondisikan rakyat kalian masing- masing agar negeri belang- belang yang kompak tetap satu kata, satu suara dan satu komandoku,” tegas raja negeri jago lobi ini.

Suasanapun kembali hening. Kali ini suasana hening sehening pantai tempat bertimbang wirasa ketika bulan mati tiba. Kembali tak satu katapun terlontar dari para punggawa dan mahapatih yang biasanya mau bersuara dihadapan raja negeri hingga raja negeri kembali melanjutkan ucapannya. ” Wahai kalian para punggawa dan mahapatih andalanku, kenapa kalian hanya diam? Kenapa kalian tek menyahut satu katapun? Kenapa? Kenapa? Apakah kalian sudah tidak menghendakiku lagi karena ketegasanku? Karena cara memimpinku yang tidak mau didikte?, yang tidak tersandera politik? Karena tak ada punggawa yang menyahut, tensi raja semakin tinggi hingga digambarkan raja negeri terlihat seperti monster yang menakutkan. Melihat kondisi seperti itu, sang pujaan hati mencoba menenangkan raja negeri. “ Kangmas, sampun marah-marah , sanes kangmas kagungan darah tinggi, menawi kumat kula ugi ingkang sekel,” yang artinya,  Jangan marah-marah, nanti kalau darah tingginya kumat aku juga yang susah,”  Disodorkannya air putih bermerk, namun raja negeri menolak air putih tersebut. Iapun meminta kopi campur arak he he he. Maka suasanapun makin sepi. Kali ini  permaisuri tercinta tak mampu menundukkan hati raja negeri. Kali ini raja negeri benar- benar tak terkendali hingga tak sadarkan diri gegara minum kopi campur arak. Para punggawa dan mahapatih satu persatu meninggalkan raja negeri yang hanya ditemani permaisuri. Lalu apa yang terjadi saat raja negeri tak sadarkan diri? Simak pada episode berikutnya

Tim Pemberitaan Dewata Roundup. (tut)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *