Catus Pata, Dikisahkan rakyat di negeri belang- belang baru saja usai melaksanakan catur brata penyepian. Mereka menjalani hidup tanpa makan dan minum, tanpa keluar rumah, tanpa bersenang- senang dan tanpa cahaya penerangan lampu. Lho kenapa? Apakah mereka tergolong dalam katagori kemiskinan ekstrim? Oh tidak saudara saudara, rakyat negeri belang – belang memang punya tradisi untuk menenangkan bhuwana alit dan bhuwana agung setahun sekali. Jadi ini adalah tradisi adiluhung yang sudah berlangsung turun temurun. Walau dicederai oleh oknum yang memaksa membuat onar saat penyepian namun jiwa besar warga negeri belang- belang tak tersulut untuk berbuat berbuntut maut. Kini kehidupan rakyat negeri kembali normal. Para pedagang mulai berjualan, petugas upeti parkir mulai beraksi, para kuli telah memulai, lalu bagaimana dengan rakyat pade nau selalu disingkat PNS? Namanya juga pade nau selalu ya begitulah, mereka melakukan rutinitas melayani agar rakyat selalu nau. Lalu bagaimana rakyat pade dadi ingetang disingkat PDI? Ya seperti namanya mereka selalu saling ingetang, setiap ketemu mereka bertegur sapa, ingetang janjine, ingetang bayah utange, dan yang paling populer adalah ungkapan ingetang 24 Pebruarine he he he. Rakyat PDI kini merayap menyusup sambil berpesta dengan menu sup buntut he he he. Tujuannya tak lain dan tak bukan agar kelak agar dapat kursi yang terhormat he he he. Lalu bagaimana dengan rakyat di RT Beringin dan Desa Nuraini? Rakyat di kedua desa ini diam- diam tengah mempersiapkan strategi paling jitu agar kelak saat pemilu tidak berseteru melainkan maju tanpa harus memalukan lawan. Seperti namanya pohon beringin yang rindang mulai digadang untuk dapat bertandang untuk masa depan negeri yang lebih terang. Sementara rakyat desa nuraini tetap mengandalkan hati nurani untuk bersikap kelak. Apakah maju atau diam. Sebab menurutnyanya nurani adalah segalanya, tak perlu koar koar sana sini, tak perlu merengek meminta minta. Kelak jika alam menghendaki maka ia akan mencari jalannya sendiri. Demikian prinsip warga desa nuraini hingga kini.
Kini dikisahkan raja negeri tengah bertandang ke desa Nuraini. Rakyat di desa ini baru saja sukses mengikuti kompetisi . Raja yang dikenal lihai dengan senyum sumringah menghampiri rakyat yang tengah berkumpul di alun- alun. Ketika itu rakyat tengah membicarakan bonus atas raihan prestasi mereka. Mendengar selentingan kata bonus, raja dengan seabrek prestasi inipun mendekat. Didengarnya dengan penuh cermat kata- demi kata percakapan rakyat. Mendengar kata bonus raja negeri memanggil tetua desa nuraini. Raja brilian ini ditengah kerumunan rakyat bertanya apakah bonus kalian sudah dibagikan? Sontak rakyat menyahut dengan nada penuh girang ” sudah raja negeri, sudah raja negeri”. Mendengar jawaban itu raja negeri manggut- manggut seraya tersenyum dan melontarkan janji untuk menambah bantuan lagi. ” Apakah kalian pernah berfikir akan mendapatkan bantuan tambahan? Rakyat serentak menjawab ” tidak tuanku raja, ini ibarat petir disiang bolong tuanku,” jawab mereka serentak. Mendengar jawaban ini raja negeri berkata” wahai rakyatku, bekerjalah dengan tulus, jangan selalu berharap fulus , ketika prinsip itu telah kalian terapkan maka bantuan tambahan akan menjadi kejutan, ketimbang kalian bekerja dengan penuh harapan, saat tak terpenuhi maka kekecewaan akan kalian rasakan. Mulai sekarang mari kita bangkit dan bekerja bersama agar menjadi kuat. Saatnya nanti kalian akan merasakan. Sebab yakin dan percayalah, alam tidak diam, dia akan mencari waktu dan kesempatan untuk mewujudkan sebuah harapan,” ungkapnya. Mendengar ungkapan raja negeri seluruh rakyat terdiam, seakan terhipnotis. Bahkan ketika raja meninggalkan desa, rakyat seakan tak percaya akan tambahan bantuan yang disampaikan raja negeri hingga seseorang berbisik ” beginilah gaya raja negeri, beliau akan menilai ketika rakyat bekerja dengan tulus maka fulus yang terbungkus pun pasti akan meletus he he he.
Tim Pemberitaan Dewata Roudup. (tut)