Catus Pata, Pemilihan Bupati dan wakil Bupati secara serentak akan dilaksanakan pada tanggal 27 Nopember 2024 mendatang. Saat ini KPU Kabupaten Buleleng tengah menyempurnakan data potensial pemilih. Disatu sisi partai politik tengah menjaring para kandidatnya untuk digodok lalu disaring untuk nanti diajukan pada tanggal 27 hingga 29 Agustus mendatang. Dalam beberapa survey nama-nama yang telah berbuat untuk Buleleng selalu muncul dalam lima besar. Salah satunya adalah Pj Bupati Buleleng Ir ketut Lihadnyana, MMA.
Sejak dilantik 27 Agustus 2022 lalu, pejabat asal desa kekeran Kecamatan Busungbiu ini menerapkan teori kepemimpinan dengan strong leadership hingga membuat tidak sedikit pejabat di Buleleng keteteran mengikuti gerak langkahnya. Terobosan dengan memasang videotron pada sejumlah sudut kota mulai menarik perhatian masyarakat untuk mengaitkannya dengan Pilkada. “Wah Pak Pj akan nyalon nei. Tu Lihat setiap sudut kota dan setiap saat muncul gambarnya. Apalagi tujuannya kalau bukan untuk mensosialisasikan diri,” ungkap beberapa warga masyarakat. Belakangan setelah proses penyaringan semakin dekat beberapa partai mulai mendekatinya. Lalu bagaimana sikap pj bupati Ketut Lihadnyana?
Penjabat Bupati Lihadnyana membiarkan wacana itu berkembang dan menunggu kode alam untuk menentukan sikap. Sesungguhnya Sejak awal suami dari Nyonya Paramita ini tidak berniat untuk menjadi bupati definitive. Alasanya bahwa gaji seorang bupati itu kurang lebih sebesar 5 juta rupiah, ditambah tunjangan operasional disesuaikan dengan PAD Kabupaten Buleleng, kalau dirata-ratakan mungkin hingga 100 juta rupiah perbulan. Pertimbangan lain biaya sangat mahal sedangkan pejabat tulen ini hanya memiliki tabungan dibawah lima ratus juta rupiah.
Soal yang satu ini Kepala BKPSDM Propinsi Bali ini tidak mau tersandera. Pasalnya beberapa calon sponsor juga telah mendekatinya untuk maju pada pilkada mendatang dengan iming-iming “ Soal biaya Pilkada aman,” Tapi ia kukuh pada pendiriannya. “ Tak ada makan siang gratis” tegasnya. Alasan kedua sang istri tercinta tidak mengijinkan maju sebagai bupati definitive. Soal yang ini ia mengutip Manawa dharma sastra yatra naryastu pujiyante ramante tatra dewata, yatraitastu na pujiante sarwastalah kriyah artinya dimana wanita dihormati disanalah para dewa dewa merasa senang, tetapi dimana mereka tidak dihormati tidak ada upacara suci apapun yang berpahala. Dan yang tak pernah terpikirkan bahwa pejabat kelahiran 1 Juni 1965 ini berkeinginan untuk meningkatkan kwalitas hidup menuju sang pencipta. Beliau kini telah membeli sebuah genta dan belajar memainkannya. Jadi tegas dan jelas sudah bahwa nama Ketut Lihadnyana keluar dari pusaran Pilkada Buleleng. Sehingga masih leluasa untuk memasang gambar pada videotron pada setiap sudut kota minimal hingga 27 Agustus sebagai batas akhir masa perpanjangan pertama he he he
Tim Pemberitaan Dewata Roundup. (Tut)