Catus Pata, Pada episode lalu dikisahkan bahwa ada hak para guru pengajian yang belum terbayarkan. Apaan tuch? Tunjangan Pengrajin Guru disingkat TPG. Ah masa sih? Iya lho yang triwulan pertama sudah lewat. Sementara di dunia maya- maya guru pengajian di desa sebelah mendapatkan banyak tunjangan, tunjang sana, tunjang sini karena adanya program dari pusat kerajaan,bukan kebijakan negeri. Lalu terlihat para punggawa di desa Belang-Belang ramai-ramai menuju kearah selatan. Lho kok? Ya mereka mencari sumber dana untuk membangun desanya. Maklum saja raja negeri selatan belum lama ini bertandang ke negeri belang-belang untuk menyerahkan bantuan. Karoan saja rakyat yang belum kebagian meminta agar mereka juga mendapatkan bagian kue. Jadilah mereka berbondong-bondong menggunakan ban untuk menemui tuannya di negeri selatan he he he. Lalu bagaimana sikap raja negeri atas kenyataan ini? Hmmmm, semua lewat. Apakah mereka masih inget akan nyame gelah yang masih dalam pengasingan dan akan segera ikut suayembara mendatang? Entahlah..Yang jelas jengah mereka kini sudah berubah menjadi ngah- ngah he he he.
Dikisahkan kini raja negeri melanjutkan perjalanan ke desa Pade Dadi Ingetang disingkat PDI. Lalu bagaimana dengan rakyat di desa Pade Dadi Ingetang? Nah ini yang paling resah. Namanya juga Pade Dadi Ingetang disingkat PDI. Mereka harus sering diingatkan akan keberadaan rakyatnya. Kalau tidak cermat bisa-bisa pada suayembara kali ini mereka tidak mendapat kue kekuasaan. Ah masa sebegitunya sih? Bukankan tokoh mereka memegang kekuasaan di Belang-belang, Antapura, lelangon dan Indrakila disingkat Bali? Ya itu dulu, kini situasi sudah berudah. Pelih agulikan bisa….. Tidak sedikit rakyat yang merasa tokoh mulai memasang gambar memperkenalkan diri. Mereka seolah-olah bergaya dermawan untuk menarik simpati. Maklum saja mereka tak lama lagi akan mengikuti suayembara. Banyak trik dan cara kamuflase yang dipertontonkan. Tapi rakyat sesungguhnya sudah tahu. Siapa yang tulus, siapa yang lurus, fokus dan siapa yang berakal bulus. Lalu tiba-tiba raja negeri mendengar suara gaib. “Sesunggunhnya menjadi raja negeri itu gampang lho, tinggal lingga tanggan saja. Yang susah itu adalah menaiki tanggu menuju kursi sebagai raja negeri ya nggak? ya nggak?. Maka ketika jalan menuju tahta kerajaan sudah dilapangkan, janganlah menyulitkan rakyat ketika sudah duduk pada singgasana, sering-seringlah turun ke masyarakat agar tahu bagaimana keluhan rakyat, beranilah ke lapangan agar rakyat tahu bagaimana sikap rajanya ketika menyelesaikan persoalan”. Mendengar suara gaib tersebut raja negeri yang akan segera mengakhiri masa baktinya tersadar. Lalu bagaimana dengan para pengembang? Mereka yang selama ini membantu rakyat miskin dengan membangun rumah subsidi kini mulai meradang. Kenapa? Aturan dianggap mencekik hingga mereka tak berkutik. Merekapun mulai bimbang dan menimbang-nimbang untuk melakukan gerakan penyeimbang agar mereka pade galang dan kembali bisa berkembang mengingat selama ini banyak yang tidak berterus terang.
Tim Pemberitaan Dewata Roundup. (Tut)