Senandung Giri : Ketika Negeri Tidak Sedang Baik Baik Saja Edisi 1

Catus Pata, Dikisahkan negeri belang- belang terlihat adem. Laut terlihat sangat tenang. Saat mentari belum membenamkan diri para nelayan pergi melaut. Mereka berkeyakinan di dalam laut ada mutiara yang menjanjikan masa depan. Pikiran sederhana diterapkan maan sing maan ne penting maan walaupun hanya meseliahan he he he. Para petani di negeri yang kaya ini bekerja keras demi menghidupi keluarganya. Tanaman padi yang diharapkan menghasilkan  ternyata lebih dulu dimakan hama weleh weleh weleh. Tak ayal para petani padi menggerutu, aduhhh dewa ratu. Disatu sisi para petani bunga tersenyum lebar. Sejak tigahari lalu harga bunga satu tas plastik mencapai 30 ribu rupiah. Rakyat  yang sering melakukan olah batin merasa tidak sreg karena mereka tidak lagi diijinkan mendaki gunung. Sementara rakyat yang sering melakukan olahraga juga mulai merasakan sulitnya mencari lapangan hijau. Tampak pula pedagang gorengan menjamur  dimana-mana. Apakah ini karena suayembara sudah dekat ataukah memang kini rakyat negeri belang-belang semakin doyan akan makanan  yang digoreng? Bukan direbus seperti harapan dari para  nenek itu lho he he he.. Para buruh di pasar juga giat bekerja untuk menghidupi sanak keluarga mereka. Intinya mereka para buruh yang tidak memiliki gaji bulanan bekerja membanting tulang untuk menghidupi sanak keluarganya, apalagi tahun ajaran su dekat. Rakyat negeri semakin sadar untuk bela-belain anaknya bersekolah. Sementara terlihat pada beberapa tempat. para orangtua inguh paling mencarikan sekolah untuk anaknya. Semua jalan ditembus agar pade nau, si anak nau si orang tua juga nau, walau sesungguhnya mereka pada tidak tahu apa yang mereka mau he he he he

Sementara itu rakyat di RT Beringin makin bersatu untuk bersama- sama menikmati hasil pembangunan. Sebab selama ini mereka merasa dianaktirikan. Raja negeri dinilai berat sebelah, beratnya ke rakyat di desa Pade Nau Selalu disingkat PNS. Raja negeri dinilai belum sepenuhnya berpihak pada seluruh rakyat. Lho kok? Lalu bagaimana respon rakyat di desa Pade Nau Selalu? Simak pada edisi berikutnya.

Tim Pemberitaan Dewata Roundup. (tut)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *