Senandung Giri : Ketika Ayam Jago Berseliweran di Istana Negeri

Catus Pata, Pada episode lalu dikisahkan dinamika rakyat negeri Belang-Belang. Terlihat hampir seluruh punggawa Rakyat di desa Pade Nau Selalu disingkat PNS menghaturkan sesaji nasi abu-abu. Mereka rakyat golongan kecil tidak tahu persis apa makna nasi abu- abu tersebut. Hanya dari mulut ke mulut mereka mendengar bahwa langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi marabahaya yang sering muncul setiap akhir tahun. Memang masyarakat PNS di negeri ini sangat patuh akan perintah niskala. Betapa tidak meraka sangat yakin kekuatan sekala yang sudah 99 persen kalau tidak ada campur tangan niskala, walau satu persen tidak akan  berarti apa apa, semua akan sirna walau sudah jaman teknologi secanggih apapun. Itulah sebabnya setiap pemimpin di negeri ini akan sering melakukan kegiatan niskala. Mereka yang tidak yakin akan kekuatan itu pasti akan kena batunya. Itulah sebabnya kenapa rakyat di desa PNS terlihat agak royal akan anggaran. Lalu bagaimana dengan kondisi istana saat ini?

Kondisi sepi kini menjadi pemandangan biasa di istana kerajaan. Hanya satu dua punggawa yang tampak sering di istana. Sisanya menunggu panggilan. Tak salah jika muncul istilah baru di negeri ini yakni simatupang, artinya artinya? Siang malam tunggu panggilan he he he. Selain itu istilah lain juga muncul. Apaan tuch?? Masepuk artinya artinya? Masuk senyum pulang ngepukpuk. Kondisi  ini masih lebih baik ketimbang ngepekpek ya nggak ya nggak.  Lalu terlihat ayam jago berseliweran di istana. Apakah raja negeri senang memelihara ayam?

Ayam yang biasanya dikandangkan kini dilepasliarkan. Lho kok? Ya ayam- ayam itu tanpa dikomando langsung keluar kandang dan sudah tidak mau ditangkar lagi. Mereka mengelilingi istana semaunya. Namanya juga ayam nggak ngerti bahasa manusia hingga pada sudut tertentu dibucu kaje kangin terlihat seekor ayam tengah terjepit brankas. Ayam itu meronta- ronta hendak keluar, kalau bisa bicara mungkin ia ingin berkata ” bantu aku,keluarkan aku dari sini,”.

Kondisi ini tampaknya terekam oleh suhuyasa. Penekun spiritual yang sudah lengser keprabon tengah bersemedi di lembah kaki bukit sinunggal. Dengan ilmu telepati yang dimilikinya ia melihat bahwa ayam yang tengah terjepit brankas itu bukan ayam sembarangan. Satu persatu bulu ayam itu dicermati melalui kekuatan supranatural yang dimilikinya. Lalu ia memastikan bahwa ayam jago itu berbulu putih siungan, godeg rupa, jambul sehingga dikatagorikan wangkas kedas, ya wangkas kedas. Ia yakin bahwa ayam itu terkatagori wangkas kedas. Melihat kondisi itu suhuyasa meminta kepada rakyat di desa PNS untuk kembali meningkatkan sujud bakti kehadapan Hyang Widhi. Ia berharap walaupun negeri tidak lagi memberikan anggaran mebakti,  rakyat diminta kesadarannya untuk merogoh dana mebakti dari uang sendiri seperti yang dilakukan oleh rakyat di desa nuraini dan RT Beringin.

Tim Pemberitaan Dewata Roundup.(Tut)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *