Catus Pata, Pada episode lalu dikisahkan karena kebijakannya memangkas anggaran, Pj bupati Ketut Lihadnyana mendapat julukan tukang pangkas. “Kekecewaan dan wajah cemberut masih menggelayut pada pimpinan SKPD dilingkup pemkab Buleleng. Diam-diam Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana mengirimkan Tunjangan Penghasilan Pegawai, TPP melalui rekening masing-masing kepada PNS dilingkup Pemkab Buleleng. Kenyataan ini membuat PNS mesuryak (bergembira-red) TPP yang diterpakan lumayan besar. “Kalau untuk ukuran Buleleng dengan hidup normal sudah lebih dari cukup” ungkap beberapa pimpinan SKPD. Lalu apakah mereka langsung tunduk? Tampaknya lain dibibir dan lain dihati masih menggelayut dilingkup pejabat pemkab Buleleng.
Tugas Sekda yang biasanya selalu menjadi koordinator kegiatan dikurangi dan diambil sendiri oleh pj Bupati. Singkat cerita para pimpinan SKPD semakin fasih berargumen dan menjelaskan detail dihadapan Pj Bupati Buleleng. Mereka para pejabat semakin pintar dan menguasai setiap persoalan yang dibawa ke rumah jabatan. Perlahan namun pasti Pj bupati sudah dapat melaksanakan beberpaa program andalannya. Gubernur Wayan Koster pun kembali memberikan kepercayaan kepadanya. Alhasil pada periode kedua gaspool diterpakan dengan tagline Buleleng berbangga.
Pada periode kedua masa pemerintahannya Pj Bupati masih menerapkan strong leadership. Berpedoman pada data yang ada Pj Bupati Buleleng menggenjot dinas sosial untuk memastikan data warga miskin, lalu menemukan langkah konkrit untuk menuntaskannya. Alhasil aplikasi tercipta dan data kemiskinan ekstrim dapat dilihat setiap saat. Lobi mulai dilakukan dan alhasil kemiskinan ektrim dapat ditekan hingga titik nadir alias nol. Demikian halnya dengan angka stunting telah dapat ditekan. Lalu bagaimana dengan laju inflasi?
Sempat juga ketar-ketir ketika presiden Jokowi melalui Menteri dalam Negeri Tito Karnavian menebar ancaman berupa pencopotan para Penjabat Bupati yang angka inflasinya diatas indek nasional sebanyak tigakali bertutut-turut. Langkah taktis dan praktis dilakukan. Dengan memanam cabai pada lahan milik Pemkab seluas hampir 2 hektar di kawasan Kelurahan banyuasri Pj Bupati Lihadnyana lolos dari “maut” hingga melenggang perpanjangan kedua.
Berbagai prestasi diraih hingga Buleleng mendapatkan tambahan fiscal dari pemerintah Pusat. Blunder terjadi ketika perayaan HUT Kota Singaraja. Ketika itu sekeha Gong dari desa Jagaraga dan banjar pekatan sempat walk out karena merasa kurang dihargai. Polemik ini berlangsung cukup lama hingga akhirnya mengantarkan terbentuknya peguyuban seniman Buleleng. Sejak awal birokrat asal desa Kekeran Busungbiu ini mengurangi penggunaan APBD untuk kegiatan ceremonial. Kegiatan seperti peringatan HUT Kota dan kegiatan lainnya lebih banyak bersumber dari Corporate Sosial Responsibility, CSR. Sedikit sedikit CSR, sedikit sedikit CSR, padahal minta CSR nya cuma sedikit-sedikit. Tak salah jika masyarakat memberikan julukan bapak CSR he he he. Lalu bagaimana Lihadnyana meningkatkan status pegawai kontrak? Simak pada episode berikutnya.(Tut)