Senandung Giri: Brutus Itu Bernama Si Jalan Aspal

Catuspata, Dikisahkan raja negeri belang-belang dalam hitungan bulan akan lengser keprabon. Atas kenyataan itu para raja negeri sering mengingatkan para punggawanya agar selalu bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh. Raja negeri ingin agar setelah lengser keprabon dapat tidur dengan nyenyak untuk mengelola usahanya.

Dikisahkan kini raja negeri belang-belang mengundang para punggawanya untuk menggelar paruman bertepatan dengan  Purnama Jiesta. Seluruh punggawa hadir memenuhi undangan raja negeri. Sinar cahaya bulan Purnama ternyata tidak seterang yang diharapkan. Maklum saja mendung tebal menggelayut pada langit negeri bahkan hanya dengan satu kilatan hujan deras diiringi sambaran kilat kesana kemari mewarnai pendopo negeri yang selama ini sepi karena si kopid belum berhenti. Didampingi istri tercinta raja negeri menanyakan kondisi kekinian kepada para punggawanya.  Pada kesempatan pertama raja negeri bertanya kepada seorang punggawa cantik nan rupawan. Selama ini wanita ini dikenal mengatur pencatatan dinamika rakyat negeri. Kelahiran, perkawinan dan kematian tak pernah lepas dari ingatan wanita yang satu ini. Setelah mendengar penjelasan dari  wanita berlesung pipi ini, raja negeri manggut-manggut. Ia sangat puas atas kinerja punggawanya mengingat banyak terobosan yang dilakukan. Yang paling penting adalah rakyat mengaku puas atas pelayanan selama ini. Lalu raja negeri mendengar penjelasan dari punggawa lainnya. Raja negeri tampak sangat sumringah. Lalu tiba-tiba terlihat salah seorang punggawa berlinang air mata. Konon tanpa disadari ia mengenang kinerjanya yang selalu berakhir tragis. Melihat gelagat itu raja jago lobi ini meminta kepada punggawa pelaksana jalan untuk menceritakan kinerjanya. Dengan berlinang air mata ia mengaku sangat menyesal karena air susu selalu dibalas dengan air tuba. Betapa tidak, niat baik untuk membuat jalan selalu berkahir dengan kekecewaan. Ia menceritakan bahwa ide dimulai dari membahas pembukaan jalan, setelah itu jalan rintisan dibuka. Sanjunganpun ditujukan kepada raja negeri. Demikian halnya saat jalan tersebut diaspal. Sanjungan kembali dilayangkan kepada raja neegeri. Namun sayang, setelah hampir lima tahun bertepatan saat berkahirnya masa pemerintahan raja negeri, jalan-jalan berlubang, aspal mengelupas dikarenakan air protes karena salurannya mampet dan mengalir diatas jalan aspal. Karoan saja kondisi ini membuat rakyat kecewa. Padahal upaya pemeliharaan sudah dimaksimalkan. Tapi toh hingga kini jelang lengser keprabon sejumlah jalan tetap dalam  kondisi berlubang, padahal lubang berjalan kini sudah hampir tidak ada lagi. Atas kenyataan itu seorang punggawa berseloroh ah si jalan aspal itu ibarat brutus. Kok berlubang disaat raja negeri hendak lengser keprabon sih? Berlubangnya pada jalan yang sering dilintasi para punggawa lagi he he he. Apalagi jika gara-gara jalan berlubang pada sejumlah ruas jalan nanti timbul kecelakaan. Apa kata rakyat negeri? Mendengar cerita punggawanya, raja negeri memerintahkan agar melakukan perbaikan minimal penambalan pada sejumlah ruas jalan-jalan berlubang. Mudah-mudahan jalan itu bisa dilalui agar panas setahun tidak dihapuskan oleh hujan sehari.

Seperti diketahui  Markus Yunius Brutus adalah seorang senator Romawi yang dikenal oleh dunia modern sebagai pemimpin konspirasi pembunuhan Julius Caesar.

Tim Pemberitaan Dewata Round Up. (tut/dpa)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *