Buleleng, Menteri Agama RI Prof. Dr. K.H Nasaruddin Umar, MA akhirnya meresmikan peningkatan status dari Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja menjadi Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Mpu Kuturan pada Sabtu (20/9) siang.
Menag didampingi oleh Dirjen Bimas Hindu, Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si. Rombongan disambut dengan ribuan sivitas akademika yang telah menanti sejak pagi. Bahkan, sejak turun dari mobil menuju lokasi acara, Menag disuguhkan hiburan Tarian Goak sebagai penyambutan.
Prof. Nasaruddin Umar menyebut pihaknya merasa kagum dengan keindahan kampus Institut Mpu Kuturan. “Saya bertanya ke pak Dirjen, Kampus yang sebesar ini, sebagus ini, setampan dan secantik mahasiswanya ini kok kenapa tidak menjadi universitas?” tanyanya disambut tepuk tangan hadirin.
Lebih lanjut Nasaruddin menganalogikan jika Sekolah Tinggi diibaratkan seperti kolam. Sedangkan Institut diibaratkan seperti danau, dan sebuah Universitas dianalogikan adalah seperti Samudra.
Agama, khususnya Agama Hindu tidak bisa diwadahi oleh empang, tidak bisa diwadahi oleh danau dan seharusnya diwadahi oleh samudera. Dengan demikian, Universalitas nilai-nilai dalam Agama Hindu sudah semestinya diwadahi oleh universitas. Bukan sekolah tinggi, bukan institut.
Nasaruddin berharap kedepan, kedatangannya ke kampus Mpu Kuturan berikutnya untuk resmikan universitas.
“Biarkanlah samudera yang mewadahi lautan itu. Semoga tidak lama lagi akan menjadi universitas, tetapi tentu ada prosesnya. Saya berharap pak Rektor IAHN Mpu Kuturan dan sivitas bisa segera bertransformasi menjadi Universitas,” paparnya.
Dari berbagai refrensi yang dibaca, sosok Mpu Kuturan sebut Menag Nasaruddin bukanlah orang sembarangan. Melainkan Beliau telah mendedikasikan sepanjang hidupnya untuk keluhuran umat manusia.
“Maka dari itu, perguruan tinggi ini mewarisi suasana kebatinan suasana psikologis Mpu Kuturan. Saya berbangga di hari Tumpek Landep ini berada di kampus yang megah dan indah,” sebutnya.
Di sisi lain, Menag Nasaruddin juga berharap kelak Institut Mpu Kuturan mampu melahirkan cendekiawan yang tidak hanya unggul dalam pengetahuan, tetapi yang terpenting mampu mengamalkan ilmunya agar bermanfaat bagi banyak pihak.
“Cendekiawan memiliki makna yang lebih luas dibandingkan ilmuwan. Ia bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga menekankan kebijaksanaan, etika, dan kepekaan sosial,” ujarnya.
Ia menambahkan, dalam konteks masyarakat, cendekiawan Hindu diharapkan dapat menjadi penuntun arah peradaban umat beragama. Mereka tidak hanya menghasilkan penemuan, tetapi juga berperan menjaga nilai dan kearifan yang mampu menyeimbangkan sains dengan agama.
“Lembaga pendidikan umum biasanya fokus pada bidang keilmuan semata, sedangkan perguruan tinggi keagamaan, termasuk IAHN, memiliki ciri khas perpaduan antara ilmu dengan ajaran agama serta kekuatan lain di luar nalar manusia,” kata Nasaruddin.
Sementara itu, Rektor IAHN Mpu Kuturan, Prof. Dr. I Gede Suwindia, M.A menyebut, jika Perpres 61/2025 tentang transformasi sekolah tinggi meuju institut, menjadi cemeti bagi Institut Mpu Kuturan dan seluruh civitas untuk terus berkarya.
“Sehingga dapat dirasakan dan berdampak dalam menjaga marwah kementerian agama, yang selalu dapat berkontribusi, mendekatkan antara teori agama dengan prakteknya di masyarakat, menjaga persatuan, toleransi umat beragama, karena sejatinya Indonesia sangatlah heterogen dan kaya akan adat dan budayanya,” paparnya.
Peresmian peningkatan status dilakukan dengan menancapkan sebelas Kayonan Wayang sebagai simbol arah penjuru yang melambangkan ruang tempat bertumbuh bersama, di tengah perbedaan namun menuju satu tujuan yang sama, yaitu kesadaran dan kebenaran.
Sebelas kayonan ini juga mewakili ajaran luhur Mpu Kuturan tentang sebelas pohon kehidupan: Pohon Ketuhanan, Pohon Kemanusiaan, Pohon Persatuan, Pohon Kebersamaan, Pohon Keberagaman, Pohon Keadilan, Pohon Kehidupan, Pohon Kemakmuran, Pohon Kecerdasan, Pohon Keberlimpahan, dan Pohon Semesta Raya.
Kesebelas pohon sebagai landasan, pengingat, sekaligus doa agar IAHN Mpu Kuturan senantiasa tumbuh kokoh, memberi manfaat, dan menegakkan nilai-nilai kebenaran dengan penuh kesadaran.
Selain transformasi dari sekolah tinggi menjadi institut juga dibarengi dengan perubahan makna logo. Logo Institut Mpu Kuturan terinspirasi dari Meru, simbol suci yang tidak hanya bermakna bangunan berjenjang, tetapi juga perjalanan ilmu pengetahuan.
Seperti Meru yang bertingkat, proses belajar di kampus ini dimulai dari dasar hingga puncak kebijaksanaan, menyatukan pengetahuan, emosi, dan spiritualitas. Inilah makna Meru sebagai simbol kampus: menuntun setiap insan menuju kesadaran dan kebijaksanaan tertinggi.
Seperti diketahui Institut Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja berada di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Lembaga ini pada awalnya berdiri sebagai Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan, yang diresmikan pada 22 Maret 2016 berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2016.
Setelah hampir sembilan tahun berkiprah, sebuah babak baru tercatat dalam sejarah. Terhitung sejak 26 Mei 2025, STAHN Mpu Kuturan secara resmi naik status menjadi Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Mpu Kuturan, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2025.
Sejak berdirinya pada tahun 2016, lembaga ini telah berkembang pesat. Saat ini, Institut Mpu Kuturan telah memiliki 13 Program Studi Sarjana (S1), 1 Program Pendidikan Profesi Guru, 3 Program Magister (S2), dan 1 Program Doktor (S3).(*)