Buleleng, Pasca aksi walk out Gong kebyar Legendaris pada Puncak HUT Kota Singaraja, Seniman Buleleng angkat bicara hingga menyatakan sikap.
Sejumlah seniman di Buleleng angkat suara pasca aksi walk out (pembubaran diri) dua sekeha gong kebyar dalam acara puncak HUT Kota Singaraja 30 maret 2024 lalu. Menanggapi hal tersebut, para seniman Buleleng menggelar diskusi dan mencari solusi agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Diskusi tersebut dihadiri oleh seniman dari berbagai kalangan, seperti seniman tabuh, dalang, hingga musisi. Bahkan tokoh senior seniman karawitan Buleleng Made Terip, yang menghantarkan kesenian karawitan ke mancanegara turut hadir dalam diskusi yang diadakan di salah satu rumah makan di Kelurahan Beratan Buleleng pada Senin (1/4) malam.
Dalam kesempatan itu, Made Terip yang berasal dari Desa Munduk itu merasa sangat terkejut mendengar bahwa Gong kebyar di tanah kelahirannya sendiri di nomor duakan. Tentu ini sangat menjadi catatan hitam.
“Saya baru bangun tidur sudah mendapatkan telepon dari beberapa rekan seniman di Ubud dan Jembrana, sehingga tau ada kejadian ini. Tentu ini sangat mengecewakan. Gong Kebyar di nomor duakan di tanah kelahirannya,”ujarnya.
Koordinator aksi, Gede Pande Satria Kusuma Yudha, menyatakan bahwa diskusi tersebut merupakan respons spontan dari para seniman terhadap insiden batal tampilnya dua sekeha gong legendaris di puncak perayaan HUT ke-420 Kota Singaraja. Pria yang akrab disapa Olit itu menyatakan, insiden yang terjadi pada Sabtu lalu merupakan puncak kekecewaan para seniman terhadap pemerintah.
“Seniman di Buleleng memiliki catatan hitam dengan perlakuan Pemkab disetiap ajang pementasan. Seniman tradisi merasa dianaktirikan setiap Pemkab Buleleng menggelar acara,”ungkapnya.
Lanjut olit, guna mengantisipasi insiden itu terulang kembali, para seniman sepakat akan membentuk paguyuban seni yang bertujuan untuk membangun pakem pementasan dalam seni tradisional maupun modern.
“Diseluruh Bali, hanya Buleleng yang tidak memiliki wadah untuk seniman tradisional. Maka kita sepakat akan membentuk paguyuban,”imbuhnya.
Sebagai bentuk respons atas kekecewaan sekeha dan masyarakat terhadap pembatalan tampilnya dua sekeha gong kebyar legendaris, para seniman juga sepakat akan menggelar pertunjukan gong kebyar mebarung antara Sekaa Gong Kebyar Eka Wakya Banjar Paketan dan Sekaa Gong Kebyar Jaya Kusuma Jagaraga.
“Selain itu kita juga sepakat untuk menggelar pementasan gong kebyar mebarung antara Sekaa Gong Kebyar Legendaris Eka Wakya Banjar Paketan dan Sekaa Gong Kebyar Legendaris Jaya Kusuma Jagaraga,”pungkasnya.
Meskipun Pemerintah Kabupaten Buleleng telah meminta maaf secara langsung dan menghaturkan guru piduka, namun para seniman masih tampak kecewa terhadap kejadian tersebut. Mereka berharap agar kejadian serupa tidak terulang lagi di masa depan dan menegaskan perlunya ketegasan dalam menangani hal ini.(dnu)