Janger Kolok Bengkala, Warisan Budaya Tak Benda yang Jadi Simbol Kesetaraan Disabilitas

Buleleng, Seni budaya khas Buleleng kembali menunjukkan pesonanya lewat pementasan Janger Kolok, sebuah bentuk tarian pergaulan yang dilakoni oleh para penyandang disabilitas tuna rungu dan tuna wicara (kolok) dari Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan. Keunikan dan nilai inklusif dari kesenian ini telah diakui secara nasional sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Kebudayaan RI.

Tarian yang dibawakan oleh sepuluh penari ini mengangkat kisah Arjuna Wiwaha, dikemas dalam gerak tari dan bahasa isyarat, serta diiringi alat musik tradisional seperti kendang dan ceng-ceng. Penampilan Janger Kolok kerap mewarnai berbagai event besar baik tingkat lokal maupun nasional.

Saat dikonfirmasi pada Kamis (10/4), Koordinator sekeha Janger Kolok, I Kadek Sriparjana,  menjelaskan bahwa Janger Kolok pertama kali dirintis oleh almarhum Wayan Nedeng pada tahun 1969. Kesenian ini merupakan gabungan antara tari Janger dan unsur seni bela diri, dengan tujuan utama memberdayakan masyarakat kolok agar memiliki ruang ekspresi yang setara dalam berkesenian.

“Janger Kolok hadir sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat kolok agar mereka bisa berkesenian dan memiliki panggung yang sama dengan masyarakat pada umumnya,” ungkap Sriparjana yang juga merupakan staf Pemdes Bengkala.

Agar eksistensinya terus terjaga, latihan rutin dilakukan seminggu sekali untuk melatih kekompakan para penari. Latihan tersebut dipusatkan di wantilan kawasan ekonomi masyarakat (KEM) yang merupakan bantuan dari PT. Pertamina. Meski menghadapi tantangan dari segi jumlah penyandang disabilitas, semangat pelestarian tetap dijaga.

“Dulu jumlah warga kolok sekitar 45 orang, sekarang tinggal 35 orang. Tidak semua bisa dipaksa ikut, karena harus benar-benar dari keinginan mereka sendiri. Saat ini anggota aktif tersisa 12 orang, dari yang sebelumnya 16. Tapi kami tetap melakukan regenerasi,” ujarnya.

Sriparjana berharap Janger Kolok terus mendapatkan ruang tampil dalam berbagai ajang kesenian, baik yang digelar oleh pemerintah, swasta, maupun agenda pariwisata.

“Terima kasih atas kesempatan tampil di RTH Bung Karno saat HUT ke-421 Kota Singaraja. Itu momen luar biasa agar eksistensi Janger Kolok tetap hidup,” tutupnya.(tim)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *