Buleleng, Kadek Maret Tanayasa berhenti dari pekerjaannya di Dinas Perhubungan kabupaten Buleleng untuk mengolah sampah plastik menjadi produk ekonomis.
Berhenti bekerja pada salah satu percetakan di Denpasar tahun 2012, Kadek Maret Tanayasa melanjutkan pekerjaan di Dinas Perhubungan selama tiga tahun. Namun pekerjaan seperti itu bukan keinginannya. Kurang suka bekerja terikat dengan waktu membuat Maret Tanayasa mengembangkan hobinya untuk mencari rejeki. Mengolah sampah plastik yang potensinya tak terbatas menjadi salah satu pilihan selain fiber dan jerami. Banyak produk yang dibuat seperti tropi, meja, pot, hingga gantungan kunci. Semua itu dikerjakan sendiri dirumahnya yang berada di Banjar Dinas Sambangan Desa Sambangan kecamatan Sukasada Buleleng.
Ayah satu anak ini mengatakan jika produk yang dibuat berdasarkan pesanan. Begitu pula bahan bakunya. Untuk bahan dari sampah plastik, dikumpulkan dari rumah kerumah ataupun kerjasama dengan beberapa desa. Jenis-jenis produk yang dibuat Maret adalah hasil belajar otodidak dari tutorial di internet. “Kalau belajarnya dari kesalahan saja karena ini awalnya hanya coba-coba,”ujarnya.
Membutuhkan waktu hingga dua tahun untuk belajar sampai akhirnya Maret Tanayasa berani menjual produk pertamanya berupa patung kodok dari fiber kepada teman. Produk itupun dihargai Maret sewajarnya karena kualitasnya belum sempurna. Kemudian Maret terus berkreasi membuat produk yang bisa bernilai ekonomis. “Jualnya masih ke perorangan aja atau di online saja, banyak yang mesen dari luar Singaraja seperti dari Tabanan, dan Gianyar,”ungkapnya.
Produk kerajinan yang di buat Maret sudah sempat dijual ke luar Bali. Namun demikian pesanan yang sebelum pandemi dapat mencapai 3 paket tropi kini kosong. Hanya saja permintaan membuat meja dari bahan sampah plastik baik dari pemilik kafe ataupun penggiat lingkungan terus berdatangan. Maret berniat mengembangkan kreasi dari bahan bekas lainnya, hanya saja dirinya masih mencari yang diminati masyarakat.(ags/dpa)