Catus Pata, Pemilihan kepala daerah, Pilkada tahun ini memiliki arti penting bagi perjalanan pembangunan di Bumi Panji Sakti. Tanggal 27 November 2024 akan menjadi penentu apakah pembangunan Buleleng akan berkesinambungan ataukah stagnan. Apakah masih bersifat monoton atau akan ada terobosan yang tidak populis bagi elektabilitas calon terpilih namun berpihak kepada rakyat kecil alias wong cilik bukan wong licik he he he.
Banyak pembangun yang telah dilakukan oleh bupati dua periode Putu Agus Suradnyana dan Nyoman Sutjidra. Sementara semasa Pj Bupati belum banyak infrastruktur yang dikerjakan. Kenapa? Ya Karena sifatnya penjabat sehingga berkutat pada empat urusan, yakni penurunan angka stunting, menekan inflasi, menekan angka kemiskinan dan yang paling fenomenal yakni meningkatkan tambahan penghasilan pegawai ya nggak ya nggak TPP gitu lho he he he.
Pendapatan Asli Daerah, PAD meningkat yang ujung-ujungnya juga meningkatkan tunjangan penjabat bupati. Sementara kerusakan sarananya hingga kini belum diperbaiki. Menunggu CSR lagi? Entahlah, hanya waktu yang akan menjawabnya. Lalu apa kaitannya bansos dan pilkada? Lho ada dong.
Percakapan antar warga soal bansos juga makin ramai dan boyaisme menjadi jadi. Rakyat yang menerima hibah bansos dari para anggota dewan kini dijadikan sapi perahan. Lho kenapa? Pada masa kampanye saat ini para anggota dewan meminta kompensasi. Sedikit sedikit minta massa, sedikit sedikit minta massa, minta massa kok sedikit sedikit he he he.
Ungkapan “ ipidan bapak ngidih bansos tiang sube ngemaang , jani giliran tiang ngidih tulung ngidih massa menjadi trend di kalangan warga masyarakat. Tak salah jika rakyat mulai menggerutu” Nyen pidan ngidih bansos nto tagiin massa he he he. Bukan hanya berhenti disitu, ungkapan kekesalan berlanjut “ Ipidan nak penguruse ngidih bansos, sanggah tekek,tekek bongkare, irage lakar ngajuang usulan sing taen keterime. Menain sanggah gelah kone irage oraine mebalih dogen he he he. Gambar, konsultan, pengawas sampai tukang kone sube abaange teken pemboronge,” celetuk warga lainnya.
Nah kalau sudah begini siapa yang salah? Entahlah, hanya sang waktu yang akan menjawabnya. Nah pemimpin baru kedepan yang terpilih pada 27 November 2024 mendatang harus berani mengambil sikap. Meluruskan bahwa hibah bukanlah milik anggota dewan. Yang punya hibah itu adalah pemerintah daerah. Sebagaimana pengertian hibah sebagai pemberian uang atau barang atau jasa dari pemerintah daerah yang secara spesifikasi telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, tidak secara terus-menerus yang bertujuan untuk menunjang penyeluruhan urusan pemerintah daerah. Lalu apa kaitannya dengan olahraga? Tentu sangat terkait bro.
Pemerintah kabupaten Buleleng memiliki banyak Pekerjaan Rumah untuk merampungkan sejumlah prasarana olahraga. Sebut saja stadion Mayor Metra, Lapangan Bhuwana Patra, Kolam Renang Pidada, lapangan Panahan, wall panjat tebing, lapangan basket, GOR satu- satunya yang sudah mulai bocor. Belum lagi lapangan grasstrack sebagai arena balapan anak muda yang belum terwujud hingga kini dan sejumlah fasilitas lainnya. Tercatat baru satu lapangan padat karya Sukasada yang akan segera disempurnakan dengan anggaran sebesar 200 juta rupiah, itupun belum realisasi.
Jika dilihat dari olahraga prestasi, dari 48 Pengkab Olahraga yang tergabung sebagai anggota KONI Buleleng hanya 21 Cabor yang punya tempat latihan mandiri. Butuh satu atau lebih GOR yang lebih representatif. Nah pilkada tahun ini akan sangat berarti bagi dunia olahraga di Buleleng. Pemimpin anyar harus berani memasang anggaran untuk kebutuhan itu. Anggarannya bukan dipasang di KONI tapi dipasang pada Dinas Pendidikan kabupaten Buleleng. Ini tentu harus jelas dan tegas, bukan berarti include 20 persen anggaran pendidikan he he he. Jika ini terealisasi maka secara otomatis kunjungan wisatawan akan meningkat melalui sport tourism.
Masyarakat Buleleng butuh sarana olahraga. Coba saja lihat di taman kota singaraja, masyarakat jogging bukan hanya pada pagi dan sore hari, tapi juga pada malam hari lho. Kalau saja lapangan bhuwana patra bisa disempurnakan dengan membuat jogging track maka harapan masyarakat akan terpenuhi. Memang sih, sempat diwacanakan untuk dibangun di era pemerintahan Pj bupati, tapi wacana itu hanya tinggal wacana he he he. Bahkan ketika masyarakat pada Agustus kemarin bertanya kenapa Buleleng Development Festival tidak digelar di Bhuwana Patra? Jawaban Pj Bupati ketika itu karena Bhuwana Patra dalam persiapan pembangunan jogging track, tapi faktanya? wacana sejak Pebruari hingga bulan kesepuluh belum ada tanda-tanda pergerakan. Itulah sebabnya pilkada tahun ini memiliki peran yang sangat strategis bagi pemimpin terpilih. Puluhan ribu masyarakat Olahraga menanti gebrakan dan keberpihakan pemimpin pada anggaran olahraga. Jangan sampai pemimpin kedepan alergi terhadap olahraga, apalagi setiap mendengar kata olahraga kebus dingin, weleh, weleh weleh…
Tim Pemberitaan Dewata Roundup.(Tut)