
Singaraja,Pasca pendampingan oleh mahasiswa dan dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Undiksha, kemampuan literasi di kalangan pelajar di Buleleng meningkat.
Semangat Sumpah Pemuda tercermin dari civitas akademika Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) yang dengan sabar membimbing ratusan siswa SMP di Kabupaten Buleleng yang belum lancar membaca. Fenomena rendahnya kemampuan literasi di kalangan pelajar ini mendapat perhatian serius dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Undiksha melalui program pendampingan klinis literasi. Program yang berlangsung sejak Mei hingga September 2025 tersebut menyasar 61 sekolah di sembilan kecamatan di Gumi den Bukit. Setiap siswa mendapatkan pendampingan intensif oleh mahasiswa, satu mahasiswa untuk satu siswa, dan setiap sepuluh mahasiswa dibimbing oleh seorang dosen.

Dekan FIP Undiksha, I Wayan Widiana, menjelaskan bahwa program intervensi klinis ini merupakan bentuk kontribusi Undiksha untuk membantu pemerintah daerah menyelesaikan masalah literasi di Buleleng. Ia menyebut, dari data awal, jumlah siswa yang tidak lancar membaca berkurang dari 243 menjadi 86 siswa, sementara 109 siswa kini masuk kategori lancar membaca.
“Dari hasil pendampingan klinis ini, kita melihat perubahan nyata. Banyak siswa yang tadinya belum bisa membaca, sekarang sudah bisa dan bahkan ada yang masuk kategori sangat lancar,” ujarnya pada Hari Sumpah Pemuda, Selasa (28/10/2025).

Program ini melibatkan 428 mahasiswa dan 51 dosen pendamping dari empat program studi: PGSD, PGPAUD, Bimbingan Konseling, dan Teknologi Pendidikan. Pendampingan dilakukan melalui latihan fonetik, membaca nyaring, dan pembelajaran multisensori untuk meningkatkan fokus dan kemampuan fonologis siswa.
Dekan FIP Widiana menambahkan, keberhasilan pendampingan juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga dan motivasi siswa. Kendala terbesar datang dari anak-anak yang mengalami masalah pribadi atau lingkungan, sehingga diperlukan pendampingan psikologis oleh guru bimbingan konseling agar proses belajar lebih optimal.
“Banyak siswa menghadapi masalah pribadi dan psikososial, kurang disiplin, hingga kesulitan fonologis. Untuk itu, pendampingan psikologis melalui guru bimbingan konseling sangat penting agar anak-anak bisa kembali fokus belajar,” jelasnya.
Meski hasilnya menggembirakan, pihaknya menilai program ini perlu dilanjutkan secara berkelanjutan. Ia berharap agar pemerintah daerah melakukan skrining literasi awal, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, serta membangun kelas ramah anak guna menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan menyenangkan.
“Kami berharap pendampingan ini menjadi inspirasi bagi pemerintah daerah bahwa kampus dapat berperan langsung dalam meningkatkan kemampuan dasar membaca siswa,” ucapnya.
Hasil pendampingan telah dirumuskan pada buku yang sedang dalam proses penerbitan ISBN dan akan diserahkan kepada pemerintah daerah. Dekan FIP Undiksha Widiana berharap buku tersebut menjadi rujukan dalam meningkatkan literasi dan numerasi anak secara berkelanjutan, sekaligus menjadi model yang dapat direplikasi secara nasional oleh Kementerian Pendidikan.(dnu)
