Senandung Giri : Saat Kangkung Dicengkeram Cendrawasih Episode II

Catus Pata, Pada episode lalu diceritakan bahwa seeokor burung cendrawasih menggenggam kangkung sempat menampakkan diri di pendopo istana negeri belang- belang. Namun entah kemana ketika raja memperhatikannya burung tersebut hilang bagai ditelan bumi. Para punggawa dan mahapatih kerajaan menjadi kebingungan kemana gerangan burung tersebut? Merekapun bertanya- tanya apakah burung itu memang benar- benar burung ataukah burung jadi- jadian sebagai isyarat tertentu? Ditengah kegundahan para punggawa dan mahapatih kerajaan, raja negeri mengajak seluruh punggawa masuk ke pendopo dan melanjutkan paruman yang memang telah dirancang raja negeri. Dengan menarik nafas panjang, raja negeri membuka paruman dengan mengucapkan selamat datang kepada para punggawa andalannya. Suhuyasa yang biasanya mendampingi raja negeri kali ini tanpa alasan tidak terlihat ditengah- tengah paruman. Dibeberkannya rencana untuk mengajak rakyat beriak- beriuk, segalak- seguluk membangun  demi negeri tercinta belang- belang. Sambil memegang pengalantaka, raja yang sangat lihai ini menunjuk tanggal demi tanggal dengan dewasa ayu akan mengajak rakyat berkumpul pada suatu tempat. Maka setelah disepakati raja negeri menyampaikan pinanggal panglong ngenjek dina soma wuku wayang untuk mengawali kegiatan. Disampaikan juga bahwa raja Bali akan bertandang ke negeri belang- belang. Maka kabar pertemuan dengan rakyat negeripun menyebar ke desa- desa seantero negeri belang- belang. Rakyat yang mendengar akan adanya pesta tujuh hari tujuh malam menerima kabar itu dengan beragam ekpresi. Ada yang gembira, ada yang biasa- biasa saja, namun ada juga yang sedih. Lho diajak pesta kok sedih sih? Ya mereka menganggap hadir dalam pesta mengurangi jatah makan buat keluarganya. Makan buat dirinya sih iya, tapi bagaimana dengan anak dan istri mereka? Demikian kira- kira suara hati rakyat negeri.

Kini diceritakan rakyat desa Pade Dadi Ingetang disingkat PDI tumpah ruah menghadiri undangan raja negeri. Merekapun diingatkan akan adanya suayembara mendatang.  Rakyat bersorak- sorak kegirangan mendapat undangan raja negeri. Wajah mereka tampak sangat sumringah Usai makan merekapun pulang kerumah masing- masing. Kini giliran rakyat desa Pade Nau Selalu disingkat PNS. Tampak rakyat desa ini hadir dengan wajah yang setengah tersenyum. Lho kok senyum setengah, kenapa sih? Mereka hadir dengan berbagai modus, ada yang datang dengan iklas, ada yang datang karena bujuk rayu, ada yang karena janji tertentu  bahkan ada yang datang dipaksa mengingat mereka wajib hadir dengan ancaman nu dot megae? he he he. Demikianlah suasana kebatinan rakyat desa Pade Nau Selalu. Giliran rakyat di desa Nuaraini, suasana alun- alun mulai tampak lengang. Bahkan ketika giliran rakyat RT Beringin suasana alun- alun sunyi hingga membuat raja negeri berang. Mendengar ancaman raja negeri rakyat mulai antipati dan hidup dalam tekanan. Tapi mereka tak berani mengungkapkan isi hati. Rakyat memohon kepada pendiri negeri agar saatnya nanti mereka diberikan kebebasan berekpresi untuk membangun negeri, tidak tekan sana- tekan sini. Lalu apa yang dilakukan raja negeri melihat kondisi seperti ini? Simak pada episode berikutnya

Tim Pemberitaan Dewata Round Up. (Tut)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *