Catus Pata, Pemilukada di kabupaten Buleleng sudah memasuki tahapan pemeriksaan kesehatan. Dua pasangan bakal calon bupati dan wakil bupati telah mengikuti pemeriksaan kesehatan di Rumah sakit kebanggan masyarakat Bali,Bali Mandara. Sebelumnya dinamika pencalonan berlangsung cukup dramatis. Dua pasangan independen yang mencoba peruntungan terpental oleh persyaratan. Walau sempat ngotot di KPUD Buleleng namun akhirnya mereka layu sebelum berkembang. Beberapa nama seperti Anak Agung Wiranata Kusuma, Kadek Doni Riana, Made Sundayana, Anak Agung Laras Paramita, Nyoman Arya Astawa yang akrab disapa Mang Dauh, Dokter Ketut Putra Sedana, Nyoman Tirtawan dan Dewa Nyoman Sukrawan sempat mewarnai wajah bumi denbukit. Bahkan jauh-jauh hari sebelum pilkada nama paket Sutjidra-Arya Astawa banyak terpampang di sepanjang ruas jalan di Kabupaten Buleleng. Bahkan sebelumnya beberapa diantara mereka sempat raya-ruyu ibarat cotek sowan. Melamar ke partai Golkar kemudian bersama-sama melamar ke partai hanura lalu meloncat melamar ke partai Nasdem dan Demokrat. Namun nama-nama yang sempat muncuat ke permukaan harus rela menerima seleksi alam. Saat persyaratan pencalonan masih dengan ambang batas 20 persen beberapa diantara mereka sudah mulai pupus harapan karena kecuali Nyoman Sugawa Korry mengingat mereka sadar bahwa mereka bukanlah pemegang kendali partai. Terbitnya putusan mahkamah konstitusi nomor 60 yang mensyaratkan partai non parlemen dapat mengusung bakal pasangan calon membuat dinamika hidup kembali. Para petualang politik dan calon pemimpin Buleleng ini kembali bergerilya mencoba menghimpun diri untuk bisa mengabdi menjadi bakal calon bupati dan wakil bupati Buleleng periode 2024-2029. Namun apa daya pintu sudah tertutup. Partai demokrat sebagai pemilik suara yang paling berpeluang menghibahkan manatnya kepada si penjual jus Gede Suardana. Dengan demikian pupus sudah harapan mereka untuk dapat berkompetisi pada pilkada Buleleng tahun ini. Jadilah head to hed antara susu versus susu. Sutjidra–Supriatna melawan Sugawa-Suardana. Sesungguhnya ketika utak atik bakal pasangan calon ada satu bakal pasangan calon yang masih misterius dan digadang gadang sebagai calon satrio piningit. Calon itu adalah paket Susu yakni Sujati dan Suyasa. Ketika paket ini coba dihembuskan tampaknya perhatian masyarakat Buleleng sudah berfikir jadi itu barang. Tapi sekali lagi semesta berkata lain. Pas sapaan akrab mantan Bupati Putu Agus Suradnyana digandeng De Gadjah.
Nah kembali pada Pilkada Buleleng. Pilkada Buleleng memang penuh kejutan dan mungkin dapat dikatakan sering terjadi anomali. Dulu ketika almarhum Nyoman Sudarmaja Duniaji sangat digjaya sebagai ketua dewan dan calon bupati, tiba-tiba terhempas oleh kelompok delapan dengan motor almarhum Gede Widnyana Dangin. Ketika itu bupati Putu Bagiada terpilih memimpin Buleleng dengan peristiwa unik palu sidang disembunyikan.
Dulu pada pilkada lima tahun lalu ada seorang penjual koran Luh Made Marwati yang mengambil formulir pendaftaran, namun akhirnya layu sebelum berkembang. Kini perjalanan si penjual Jus Gede Suardana terbilang cukup mulus. Manuver Made Sundayana yang mengikuti langkah syahrini maju mundur syantik-syantik tampaknya memberikan kesempatan kepada SGK, sapaan akrab Nyoman Sugawa Korry untuk meminangnya menjadi bakal calon wakil bupati. Walau sebagai penjual jus, karier anak panti asuhan ini sempat moncer dengan menduduki jabatan ketua KPUD Buleleng. Pada pileg lalu peraih gelar doctor di Universitas Udayana ini juga mencoba menjadi calon senator, namun belum beruntung. Kini semesta kembali memberikan kesempatan untuk tarung pada Pilkada Buleleng. Lawannya tidak tanggung-tanggung mantan Wakil Bupati Nyoman Sutjidra yang sudah menggurita selama sepuluh tahun dan ketua dewan Gede Supriatna yang sudah menggurita selama lima belas tahun. Akankah nasib si penjual jus ini semulus jus yang dijualnya? Mari kita tunggu.
Tim Pemberitaan Dewata Round Up.(Tut)