Buleleng, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja bergerak cepat menanggapi persoalan serius yang tengah melanda dunia pendidikan di Kabupaten Buleleng. Sejak 6 Mei 2025, FIP Undiksha telah menerjunkan 76 dosen dan 360 mahasiswa ke sejumlah sekolah menengah pertama (SMP) untuk memberikan pendampingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan berhitung (calistung).
Ditemui diruang kerjanya pada senin (2/6) Dekan FIP Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Widiana, S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa para relawan terdiri dari mahasiswa semester 4 dan 6 serta dosen-dosen ahli, yang turun langsung ke lapangan dengan pendanaan secara mandiri. Pendampingan dilakukan secara intensif di sekolah-sekolah sasaran, dengan pendekatan one on one, yakni satu mahasiswa mendampingi satu siswa.
“FIP menjadi relawan yang terdepan. Kami menerjunkan 76 dosen dan 360 mahasiswa. Mereka hadir ke sekolah minimal tiga kali sepekan. Ini murni pendanaan secara mandiri,” ujarnya.
Wakil Dekan Bidang Akademik FIP Undiksha, Prof. Dr. Kadek Suranata, M.Pd., Kons., yang ditunjuk sebagai koordinator lapangan mengungkapkan bahwa program ini dirancang hingga September 2025 dengan evaluasi mingguan untuk memantau perkembangan siswa.
Hasil pendampingan selama sebulan menunjukkan data mencengangkan. Dari total 356 siswa yang didampingi, sekitar 43 persen anak mengalami kesulitan membaca di level dasar, seperti belum hafal abjad atau masih terbata-bata dalam mengeja. Sekitar 36 persen berada pada level menengah, sudah bisa mengeja kata namun kesulitan dalam membaca kalimat panjang. Sementara itu, 20 persen berada pada level lanjutan lancar membaca namun kesulitan memahami isi bacaan.
“Kami juga mendapat laporan bahwa banyak anak yang cemas dan tidak fokus, sehingga kami juga terjunkan tim konseling. Kami bersinergi dengan asesmen psikologis yang dilakukan Pemkab, dan hasil evaluasi kami sejalan dengan hasil tes dari Pemda,” imbuhnya.
Koordinator tim ahli evaluasi dan pembelajaran, Prof. Dr. I Gde Wawan Sudatha, S.Pd., S.T., M.Pd., menyebutkan bahwa sekolah sangat menyambut baik kehadiran tim Undiksha. Pendampingan juga dilakukan terhadap anak berkebutuhan khusus yang sebelumnya belum bisa tertangani secara maksimal oleh guru reguler.
“Kami sudah memberikan pelatihan kepada mahasiswa sebelum mereka turun ke lapangan. Hasil diagnosis kami menunjukkan sekitar 85 persen anak memerlukan perhatian khusus. Kami monitoring dan evaluasi setiap hari,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dekan FIP Undiksha Prof. Widiana menjabarkan enam faktor utama penyebab keterlambatan calistung yang ditemukan di Buleleng, yaitu Gangguan kognitif atau rendahnya kemampuan berpikir anak, Gangguan fisik seperti masalah penglihatan dan pendengaran, Gangguan saraf ringan seperti disleksia, Gangguan emosional dan psikososial, termasuk trauma, Perbedaan kemampuan komunikasi atau bahasa serta kurangnya dukungan belajar dan motivasi dalam proses pembelajaran.
“Selama hampir sebulan ini, kami juga menemukan anak-anak dengan kebutuhan khusus yang justru menunjukkan minat belajar tinggi saat diberikan pendampingan yang tepat,” pungkasnya.
Melalui program ini, FIP Undiksha berharap bisa memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi krisis calistung di Buleleng serta memperkuat peran kampus dalam menjawab tantangan pendidikan secara langsung di tengah masyarakat.(uka)