Buleleng, Tumpek pengatag yang bergulir setiap enam bulan sekali kini diperingati secara formal. Kenapa? Ya ini tak lain dan tak bukan karena kepedulian pemerintah Propinsi Bali dibawah kendali gubernur Dr. Ir Wayan Koster melalui nangun satkerthi loka bali.
Instruksi gubernur bali nomor 06 tahun 2022 tentang perayaan rahina tumpek wariga dengan upacara wana kerthi sebagai pelaksanaan tata-titi kehidupan masyrakat bali berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal .Sesungguhnya masyarakat Bali diminta atau tidak diminta oleh Gubernur untuk merayakan tumpek yang juga disebut tumpek wariga ini masyarakat dijamin pasti melakukannya. Karena apa? Karena manusia bali sangat sadar akan pentingnya menjaga alam melalui tumbuh tumbuhan. Hanya saja melalui intruksi ini instansi pemerintah digerakkan untuk ikut memeriahkan tumpek yang bertepatan dengan Sabtu Kliwon, wuku Wariga, tepat 25 hari sebelum Hari Raya Galungan. Kalau dilihat dari tujuan tumpek yang juga disebut tumpek bubuh ini adalah persembahan kepada manifestasi Tuhan sebagai Dewa Sangkara penguasa Tumbuh-tumbuhan.
Disebut juga Tumpek Bubuh, karena saat itu dihaturkan bubur yang terbuat dari tepung. Disebut Tumpek Pangatag, karena mantra yang digunakan untuk mengupacarai tumbuhan disertai dengan prosesi ngatag, menggetok-getok batang tumbuhan yang diupacarai. Dalam tradisi masyarakat hindu Bali prosesi ini diaktualisasikan dengan mengabarkan kepada Sang pencipta akan adanya upacara galungan duapuluh lima hari berikutnya.
Nah keluarga nuansa giri FM kalo tumpek sudah dilaksanakan secara serentak oleh masyarakat dan pemerintah jangan lagi sebut Desa adat dan PHDI karena tanpa digerakkan dengan intruksipun akan melaksanakannya maka seluruh alam semesta akan tampak asri, ya nggak ya nggak? Kalo lingkungan tempat tinggal kita terlihat asri maka kebahagianpun akan menumpuk he he he. Oleh karenanya mari kita lestarikan tumpek tumpek lainnya sebagai warisan yang diluhung demi kenyamanan kita bersama.
Tim Pemberitaan Dewata Round Up. (tut/dpa)