Singaraja, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia menyambangi Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Singaraja untuk melakukan pendampingan dan monitoring pasca meraih peringkat terbaik nasional dalam penerapan pendidikan antikorupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia
SMPN 4 Singaraja menerima kunjungan Tim KPK RI pada Selasa, (27/8) untuk melakukan monitoring setelah SMP Negeri 4 Singaraja berhasil menjadi sekolah terbaik nasional dalam penerapan pendidikan antikorupsi.
Sekolah yang terletak di Buleleng, Bali ini menonjol sebagai satu-satunya sekolah yang mendapat penghargaan tersebut setelah mengikuti program Anti Korupsi Akademi (AKA) dan dinilai melalui platform Jaga.id pada Juni lalu. Dengan komitmen tinggi dalam penerapan nilai anti korupsi membuat SMPN 4 Singaraja terpilih di antara ratusan sekolah lainnya yang mengikuti program serupa.
Kepala Sekolah SMPN 4 Singaraja, Putu Budiastana, menyampaikan rasa syukurnya atas terpilihnya SMP Negeri 4 Singaraja yang juga merupakan buah kerja keras seluruh keluarga besar Spenpraja. “Kehadiran tim KPK RI hari ini merupakan bentuk apresiasi atas upaya yang telah kami lakukan dalam menanamkan nilai-nilai antikorupsi kepada siswa-siswi,” ujar Budiastana saat ditemui di ruang kerjanya pada Selasa, (27/8).
Budiastana menambahkan, SMP Negeri 4 Singaraja menerapkan sepuluh nilai karakter antikorupsi yang dikemas dalam akronim “Jumat Bersepeda Kaka,” yang meliputi Jujur, Mandiri, Tanggung Jawab, Berani, Sederhana, Empati, Peduli, Disiplin, dan Kerja Keras. Nilai-nilai tersebut diimplementasikan dalam berbagai kegiatan pembelajaran di sekolah.
Sementara itu, Kristianti perwakilan tim KPK RI bagian Pendidikan, menjelaskan bahwa SMPN 4 Singaraja dipilih sebagai sekolah terbaik berkat inovasi dan konsistensinya dalam melaksanakan program pendidikan antikorupsi. “SMPN 4 Singaraja berhasil menunjukkan komitmen yang kuat dalam membangun budaya antikorupsi di lingkungan sekolah. Program yang mereka jalankan sangat inspiratif dan dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain,” kata Kristianti.
Lanjut Kristianti juga menyebutkan bahwa setelah mengikuti pembinaan intensif di Jakarta, sekolah-sekolah yang terpilih didorong untuk memilih salah satu dari tiga dimensi penilaian: dimensi karakter, dimensi keteladanan, dan dimensi tata kelola. (305)