
Singaraja, Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng mulai melaksanakan Sosialisasi dan Mobilisasi Introduksi Vaksin Hexavalen, yaitu vaksin kombinasi enam antigen dalam satu suntikan, di Kampus STIKES Buleleng, Rabu (26/11). Program ini bertujuan menyederhanakan jadwal imunisasi sekaligus meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap di daerah.
Sosialisasi ini merupakan bagian dari uji coba nasional yang digagas Kementerian Kesehatan dan dilaksanakan serentak di beberapa daerah, termasuk Provinsi Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Lombok. Kegiatan di Buleleng diikuti perangkat desa, camat, organisasi keagamaan, serta organisasi profesi kesehatan guna memastikan informasi yang benar tersampaikan secara menyeluruh kepada masyarakat.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, I Nyoman Budiastawan, menjelaskan bahwa vaksin Hexavalen merupakan langkah strategis pemerintah dalam meningkatkan efisiensi imunisasi.
“Vaksin Hexavalen ini merupakan gabungan enam jenis vaksin—difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, Haemophilus influenzae tipe b, dan polio. Jadi sekali suntik, enam antigen langsung didapatkan oleh bayi atau balita,” ujarnya.
Budiastawan menambahkan, penggunaan vaksin kombinasi mampu mengurangi jumlah suntikan yang harus diterima anak, meminimalkan rasa nyeri, serta menurunkan potensi efek samping. Efek samping yang muncul umumnya ringan, seperti demam, dan dapat ditangani dengan obat penurun panas.
Sebagai rangkaian kegiatan, Dinas Kesehatan juga menggelar vaksinasi massal bagi sekitar 100 bayi dan balita dari tiga kecamatan terdekat, yakni Kubutambahan, Sawan, dan Buleleng. Program introduksi Hexavalen di Buleleng telah dimulai sejak 6 Oktober 2025, dengan sasaran bayi yang lahir mulai 9 Juli 2025, diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
“Seluruh Posyandu di Kabupaten Buleleng sudah menerima distribusi vaksin Hexavalen, dan masyarakat dapat mengaksesnya di Posyandu maupun fasilitas kesehatan pemerintah yang menyediakan layanan imunisasi,” tambahnya.
Pemerintah berharap introduksi vaksin Hexavalen dapat meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap, mencegah munculnya kembali Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), serta memperkuat kekebalan kelompok (herd immunity). Program ini juga menjadi bagian dari upaya menuju visi Indonesia Emas 2045 melalui penguatan layanan kesehatan primer dan perlindungan kesehatan anak.
