Singaraja, PGRI dan Dewan Pendidikan Buleleng angkat bicara prihal dugaan intervensi Oknum DPD RI kepada salah seorang guru di SMP Negeri 5 Singaraja hingga pingsan dan trauma.
Kasus dugaan intervensi oleh seorang oknum anggota DPD RI terhadap seorang guru di SMP Negeri 5 Singaraja telah menarik perhatian publik. Guru yang diduga menjadi korban intervensi tersebut mengalami tekanan psikologis hingga pingsan dan trauma.
Kronologi berawal adanya laporan siswa kepada anggota DPD RI yang merasa di bully oleh oknum guru dan kasus tersebut sudah dimediasi oleh pihak sekolah dan oknum guru telah mengakui kesalahannya dan permasalahan ini sudah di tutup.
Pada 12 Nopember 2024 oknum anggota DPD RI tersebut mendatangi SMP Negeri 5 Singaraja untuk mempertanyakan kembali prihal kejadian tersebut, selah sempat terjadi perdebatan antara guru dan anggota DPD menyebabkan guru tersebut pingsan dan dilarikan ke UGD Balimed
Kejadian ini memicu keprihatinan berbagai pihak, termasuk PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) dan Dewan Pendidikan Kabupaten Buleleng.
Ketua PGRI Buleleng, Putu Eka Wilantara pada 14 Nopember 2024 mengungkapkan, pihaknya sangat menyayangkan kejadian ini. Guru adalah pendidik yang harus dilindungi, bukan menjadi korban tekanan dari pihak mana pun.
Pihaknya juga memberikan semangat kepada para guru untuk tak henti-hentinya terus bekerja kendatipun banyak rintangan yang harus dilalui.
“kedepan kami akan membuat nota dinas, agar para guru bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan tanpa henti dan selalu semangat dalam menjalankan tugas” pungkasnya
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Buleleng Made Sedana yang sangat menyangkan terjadinya hal tersebut, pihaknya berharap kedepan agar seluruh pihak bisa melihat urgensi permasalahan yang tentunya sudah memiliki tahapan dalam penyelesaiannya.
“ tentu kami menghargai upaya seluruh pihak, namun kami juga ada struktur kerja dan aturan sistematis dalam penyelesaiannya, kami berharap hal semacam ini tidak terjadi lagi yang berdampak kepada psikologis siswa dan guru itu sendiri” ungkapnya. (305)