Bambang Sugiharto menjelaskan meski peningkatan produksi pertanian dapat dilakukan dengan persilangan tanaman ataupun radiasi sehingga tanaman bermutasi, tapi muncul permasalahan seperti waktu persilangan yang singkat dan penggunaan pupuk yang memerlukan biaya tinggi dan memunculkan masalah lingkungan. Seiring dengan itu pertumbuhan penduduk yang makin tinggi, menjadi pertimbangan bioteknologi dikembangkan. “Jadi sudah disampaikan kita bisa meningkatkan produksi dan pertumbuhan tanaman sebenarnya bioteknologi juga sudah dilakukan oleh nenek moyang kita,”pungkasnya.
Pakar Bioteknologi Pertanian ini mengatakan bioteknologi secara konvensional sudah dikembangkan. Contohnya pembuatan jus fermentasi, wine, tempe, bahkan pinicilin. Saat ini bioteknologi kembali dikembangkan kearah modern dengan teknik isolasi mikroba, perbaikan sifat organisme dengan mutagenesism rekombinasi RNA dan lain sebagainya. “Bioteknologi saat ini harus melibatkan pengembangkan sifat genetis baru yang lebih unggul sehingga bisa menciptakan organisme yang lebih bermanfaat,”ujarnya.
Bambang Sugiharto memaparkan bioteknologi sekarang ini merupakan metode untuk pemuliaan tanaman. Contohnya persilangan tamanan yang berkualitas bagus dengan tanaman yang tahan terhadap penyakit, sehingga mendapatkan hasil tanaman stabil. “Karena dalam jumlah banyak dan menyiapkan makanan tanaman yang nutrisinya berkualitas dan anak cucu kita bisa aman mengkonsumsi,”imbuhnya
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama Undiksha Dr. Gede Rasben Dantes, ST., M.Ti saat membuka webinar mengungkapkan, Buleleng merupakan penghasil buah-buah tropis yang memiliki prospek yang cukup besar. Oleh karena itu Kementerian dan IPB memberikan bantuan untuk mengembangkan kebun buah tropis di Kampus Undiksha Desa Jinengdalem seluas 3 hektar. “Ini adalah salah satu potensi besar kedepan yang bisa dikembangkan bersama-sama yaitu pertanian, perkebunan dan pasca panen,dan pemerintah juga sudah bekerjasama dengan Batam untuk radiasi gama bagaimana kita bisa memiliki pengawetan,”ungkapnya.(ags/dpa)